Mohon tunggu...
GINA SULISTIANA
GINA SULISTIANA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI S1 AKUNTANSI | NIM 43223110041

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 2 - Kebatinan Mangkunegara IV Pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

21 November 2024   06:37 Diperbarui: 30 November 2024   23:35 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip "Prasaja" dalam falsafah Jawa mengajarkan pentingnya hidup secara sederhana dan secukupnya tanpa terjebak dalam sifat berlebihan. Kesederhanaan tidak hanya mencerminkan pola hidup yang tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan, tetapi juga menjadi teladan moral bagi orang-orang di sekitar, terutama bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang sederhana menunjukkan kepada rakyatnya bahwa jabatan dan kekuasaan bukanlah sarana untuk kemewahan atau kesenangan pribadi, melainkan untuk menjalankan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

Prinsip "Prasaja" dalam kepemimpinan Mangkunegaran IV adalah cerminan dari filosofi kepemimpinan yang tidak hanya relevan dalam konteks tradisional, tetapi juga dalam situasi modern. Kesederhanaan yang beliau terapkan tidak hanya menjadi teladan moral bagi rakyatnya, tetapi juga menjadi strategi pemerintahan yang efektif dalam menciptakan harmoni dan stabilitas.

Dalam konteks modern, prinsip ini dapat menjadi inspirasi bagi para pemimpin untuk menghindari gaya hidup berlebihan dan fokus pada kesejahteraan rakyat. Pemimpin yang sederhana tidak hanya lebih mudah diterima oleh masyarakat, tetapi juga lebih mampu menciptakan kebijakan yang berpihak kepada rakyat banyak, seperti yang telah ditunjukkan oleh Mangkunegaran IV dalam masa kepemimpinannya.

  • Manjing Ajur-Ajer (Cair dan Melebur dengan Semua Kalangan)

Prinsip "Manjing Ajur-Ajer" dalam falsafah kepemimpinan Jawa mencerminkan inklusivitas dan kemampuan seorang pemimpin untuk beradaptasi dengan berbagai kalangan masyarakat. Seorang pemimpin yang menjalankan prinsip dapat berbaur dengan semua orang tanpa memandang status sosial atau golongan, sambil tetap mempertahankan wibawanya sebagai pemimpin. Sikap ini menunjukkan fleksibilitas dan kemampuan untuk memahami kebutuhan, aspirasi, serta persoalan rakyat secara langsung.

Lebih dari sekadar berbaur, prinsip ini juga menegaskan bahwa seorang pemimpin harus bisa meleburkan ego pribadi demi kepentingan bersama. Pemimpin tidak boleh terpisah dari masyarakatnya; ia harus menjadi bagian dari mereka sekaligus menjadi teladan. Dengan demikian, "Manjing Ajur-Ajer" menciptakan hubungan yang harmonis antara pemimpin dan rakyat, di mana pemimpin tidak hanya dipandang sebagai penguasa, tetapi juga sebagai pelayan masyarakat yang peduli dan dekat dengan rakyatnya.

Pendekatan ini relevan bagi pemimpin masa kini, yang sering kali dihadapkan pada tantangan kompleks dan masyarakat yang beragam. Dengan meneladani sikap Mangkunegaran IV, pemimpin modern dapat membangun pemerintahan yang inklusif, memahami kebutuhan rakyat secara langsung, dan menciptakan kebijakan yang lebih adil serta berdampak positif bagi masyarakat luas.

Pendekatan prinsip tersebut memberikan panduan bagi seorang pemimpin untuk menjaga integritas dalam menjalankan kekuasaannya. Kebatinan mengajarkan seorang pemimpin untuk introspeksi, menekan hawa nafsu, serta fokus pada tanggung jawab moral untuk melayani rakyat dengan adil dan penuh empati. Ketika nilai-nilai kebatinan ini diabaikan, peluang untuk penyimpangan, seperti korupsi, semakin besar

Korupsi, sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi, sering kali muncul dari hilangnya keseimbangan batin dan lemahnya pengendalian diri. Pemimpin atau pejabat yang terjebak dalam korupsi biasanya terlalu berorientasi pada keuntungan materi, mengabaikan nilai-nilai moral, dan gagal menjaga keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan.

Kebatinan mengajarkan pemimpin untuk mengendalikan hawa nafsu terhadap godaan kekuasaan dan kekayaan. Dalam kasus korupsi, sering kali pelaku terjebak dalam "greed" (keserakahan), seperti yang dijelaskan dalam teori Jack Bologna. Tanpa pengendalian diri yang kuat, pelaku mudah tergoda untuk menyalahgunakan wewenang. Kebatinan berfungsi sebagai mekanisme untuk introspeksi dan menahan dorongan negatif ini, sehingga seorang pemimpin lebih fokus pada tanggung jawab moralnya.

Integritas menjamin bahwa seorang pemimpin berpegang teguh pada prinsip moral yang kokoh, sehingga setiap kebijakan dan tindakannya berlandaskan pada nilai keadilan dan kebenaran. Dalam kasus korupsi, kurangnya integritas sering tercermin melalui perilaku yang tidak sesuai dengan tanggung jawab seorang pejabat publik. Dengan menghayati nilai-nilai kebatinan secara mendalam, seorang pemimpin dapat mempertahankan integritasnya, menjauhi keputusan yang merugikan masyarakat, dan mengutamakan transparansi dalam pengelolaan pemerintahan.

Mangkunegaran IV selalu mempertimbangkan aspek moral dan etis dalam setiap kebijakan. Sikap ini mencegahnya mengambil keputusan yang hanya menguntungkan segelintir pihak. Dalam kasus korupsi, hal ini mengajarkan pentingnya menempatkan kepentingan publik di atas keuntungan pribadi. Konsep kepemimpinan "Raos Gesang" (menguasai rasa hidup) dalam ajaran Mangkunegaran IV menggarisbawahi pentingnya seorang pemimpin harus memiliki kepekaan batin dan tanggung jawab moral. Prinsip ini menuntun pemimpin untuk tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada proses yang bermartabat dan penuh integritas. Berikut adalah empat prinsip utama dalam kategori kepemimpinan "Raos Gesang" yang diterapkan oleh Mangkunegaran IV:

  • Bisa Rumangsa, Ojo Rumangsa Bisa (Bisa Merasa, Bukan Merasa Bisa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun