"Kamu harus ikut aku ke Madam Ambarawati, Rafika," katanya pelan dengan tatapan licik.
Sial, ternyata memang Jasmine lah yang jadi selama ini membantu orang jahat itu,
***
Kini aku di kamar mandi lantai 2 tempat tadi memergoki Madam Ambar. Yola telah dibunuh lima menit lalu tepat di hadapanku. Lehernya digorok, darah segar yang menetes itu langsung diminun Madam dan Rafika bergantian sebagai obat awet muda di tenga usia mereka yang hampir memasuki angka 80.
"Lepaskan! Lepaskan aku!", kataku saat mereka memasukkanku ke bathub berisi darah ini yang bau amis dan sangat kental. Aku dibenamkan di dalamnya hingga seluruh badan ini berubah warna jadi merah secepat itu.Â
Aku tersedak oleh darah-darah korban mereka yang selama ini disimpan di sini. Selain amis, rasanya pun aneh. Terkesan busuk dan membuat mual.
"Sebentar lagi kamu akan menyusul mereka," ucap Madam sembari mengarahkan pisau ke leherku.
Saat itu juga, aku merasakan sesuatu yang aneh dalam diri ini. Detak jantung bergerak lebih cepat. Aku nyaris tak sadar dan tiba-tiba bisa melihat kilas balik korban-korban yang selama ini dibunuh di rumah ini. Tidak hanya satu atau dua, bahkan sudah puluhan perempuan muda yang ditipu mereka seakan tempat ini untuk penyucian diri.
Entah kekuatan dari mana, aku tiba-tiba lompat dengan kondisi tubuh yang masih berlumuran darah lengket. Sepertinya aku kerasukan, karena sama sekali tak bisa mengontrol diri meski aku bisa melihat dan ingat momennya.
"Kalian harus... membayar semua ini..."Â ucapku dengan suara sangat parau.
Sekilas aku melihat cermin. Mataku sepenuhnya jadi hitam, jari-jari tangan ditumbuhi kuku yang sangat panjang dan tajam. Gigi pun sama, ada beberapa taring yang tumbuh seperti drakula.