Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Nostalgia 5 Remaja

3 Maret 2023   20:39 Diperbarui: 3 Maret 2023   20:42 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
image by gmanetwork.com

Ada senyap yang mendekap keduanya hingga kehilangan topik pembicaraan. Mungkin karena canggung jika mengingat keduanya pernah ada di hubungan spesial.

Lalu Petra membawa arah pembicaraan ke satu hal penting yang sebenarnya tak ingin lagi dibahas Hera. Tentang persahabatan bersama tiga orang lainnya, juga tentang pertemuan yang sebenarnya tak pernah ada.

"Harusnya waktu itu aku nggak telat bangun," kata Petra pelan yang dibalas Hera dengan mata yang mulai basah. "Kalau aja kita nggak telat pulang dari Puncak waktu itu, mungkin mereka masih ada, Her."

Hera mendekap Petra erat yang kini tak bisa menahan tangis. 

Kecelakaan itu terjadi tahun 2015 saat kelimanya liburan. Sebuah truk yang blong menghantam keras mobil yang dikendarai Petra dan kawan-kawan. Mereka terguling berkali-kali, terseret hingga beratus meter. Petra sang supir dan Hera yang duduk di sampingnya masih bisa selamat karena ada pelindung otomatis dan sabuk pengaman yang melindungi keduanya.

Sementara itu kondisi Lia, Benjamin, dan Arkan justru tidak bisa diselamatkan ketika dibawa ke rumah sakit. Hera menangis sejadi-jadinya di lorong bau obat itu. Ia menyalahkan dirinya sendiri kenapa harus menyarankan liburan ke Puncak jika berakhir seperti ini yang membuatnya kehilangan teman-teman terbaiknya.

"Jangan lupa besok kontrol ke psikiater," Petra melanjutkan masih dengan tangisnya yang belum reda. "Kita semua udah nggak ada, Her. Kita berempat cuma jadi bayang-bayang kamu yang nggak nyata."

"Petra, stop! Kamu itu nyata." Dengan air mata yang mulai mengalir, Hera mengguncang tubuh pria itu.

Petra memang selamat dari kecelakaan itu, tapi Hera melupakan momen di mana Petra koma beberapa bulan hingga akhirnya meninggal dunia menyusul tiga temannya yang lain. Hal itu membuatnya semakin terpuruk dan tetap menganggap teman-temannya masih ada.

"Kondisi kamu semakin membaik, lho. Kamu bisa mengikhlaskan Ben, Lia, sampai Arkan. Kali ini, ikhlaskan aku, ya?"

"Nggak, Petra. Enggak. Temenin aku terus, please."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun