Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Goodbye Friendzone

28 Agustus 2022   22:30 Diperbarui: 28 Agustus 2022   22:32 2403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita ini bermula pada momen wisuda Natra di kampusnya pada siang terik itu. Lengkap mengenakan baju wisuda serba biru yang terlihat longgar juga dengan toganya, laki-laki itu sengaja datang ke fakultas hukum meski sedikit repot karena membawa beberapa bunga dan boneka pemberian temannya.

Menembus ratusan wisudawan, akhirnya ia menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Mila.

"Nat!"

"Mil!"

Keduanya berpelukan dalam hitungan detik, saling mengucapkan kata selamat karena sama-sama berhasil menempuh pendidikan selama 4 tahun ke belakang ini.

"Oh ya, ada satu hal yang harus kamu tahu," kata Natra penuh semangat. "Aku mau nembak Yura hari ini."

"Really? OMG! Ya udah, sekarang kamu ke fakultas dia aja. Kalau ditunda takutnya dia malah udah pergi."

Natra bergegas kembali berpadatan dengan orang-orang. Di sana Mila masih mematung dengan senyum tipis. Tak disangka, laki-laki yang dikenalnya sejak awal semester 1 itu kini semakin dewasa dan berhasil menemukan tambatan hati yang baru. Rasanya baru kemarin mereka masih bercanda layaknya kakak-adik.

Mila jadi ingat dulu Natra selalu melindunginya dari incaran mahasiswa jahil. Ketika digoda di pujasera kampus, misalnya, Natra langsung pasang badan menghadapi segerombolan mahasiswa itu sambil merangkulnya.

Mila selalu merasa aman sejauh ia kuliah di sini. Tapi begitu lulus, mendapat pekerjaan, dan melihat Natra yang kini memiliki kekasih baru, akankah membuat persahabatan ini sama seperti dulu?

Tentunya akan ada banyak yang dikorbankan. Entah itu waktu, atau justru sebuah perasaan terpendam yang belum terungkap.

Sementara itu di Fakultas Ekonomi, Natra menemui Yura dengan penuh persiapan. Ia mengungkapkan perasaannya pada gadis itu yang diterima dengan sangat baik. Keduanya resmi menjadi sepasang kekasih, meninggalkan Mila yang sudah dua tahun ini masih betah sendiri.

Dalam hatinya, Natra bertanya apakah Mila akan jadi pelindungnya pada hubungan ini seperti waktu ia menjalin hubungan dengan gadis lain setahun lalu. Raya, kekasihnya kala itu, dicurigai Mila telah selingkuh di belakang Natra. Benar saja, begitu mengumpulkan bukti dan melihat langsung, Raya kepergok berjalan dengan mahasiswa Teknik Mesin.

"Berani lo nyakitin Natra lagi, urusannya sama gue!" kata Mila dengan nada tinggi setelah menyiram minuman soda ke wajah gadis itu.

Kini di tengah kebahagiannya memeluk sang kekasih baru, ada setitik perasaan tak terdefinisi yang tumbuh perlahan. Entahlah, Natra belum bisa menemukan jawabannya.

***

Tiga tahun kemudian di salah satu kafe dekat kampus, tempat di mana Natra dan Mila sering habiskan waktu ketika masih mahasiswa, menjadi tempat pertemuan keduanya setelah enam bulan ini tidak saling tatap. Tak banyak yang berubah dari fisik masing-masing. Mila dengan rambut sebahunya, juga Natra dengan badan tegapnya karena sering berolahraga.

Cerita lama konyol masa lalu menjadi pembuka hangat sambil menikmati hidangan dan menunggu matahari tenggelam, lalu diganti oleh cerita pekerjaan masing-masing. Tawa keduanya seakan tak ingin lepas, sampai seketika mereda saat Natra mengabarkan akan melamar Yura dalam waktu dekat.

"Kalau gitu, semoga lancar ya, Nat," kata Mila pelan mengelus telapak tangan laki-laki itu.

"Tapi, kenapa aku ragu ya, Mil?"

"Keraguan menjelang lamaran bahkan sampai pernikahan itu wajar, kok. Jangan terlalu dipikirkan."

Menggunakan mobil, Natra mengantar Mila ke rumahnya. Di perjalanan pun tak ada percakapan yang begitu serius, hanya didominasi oleh jeda di dalam ruang tanpa suara.

Entah sejak kapan pastinya, tapi melihat Natra bahagia dengan perempuan lain akan membuat dada Mila sesak. Tidak hanya pada Yura, tapi juga pada Raya yang bertahun-tahun lalu sempat mengisi ruang hati sahabatnya itu.

"Nggak usah cemburu. Meskipun aku punya pacar, nggak akan merubah persahabatan ini. Beneran, deh"

Itulah yang dikatakan Natra ketika pertama kali menjalin hubungan dengan Raya. Memang benar, tak ada yang berubah dari persahabatan keduanya. Tapi kini, Natra bukan hanya memiliki kekasih. Ia akan mempersunting perempuan pilihannya dan semakin dekat membentuk keluarga baru.

Ini berarti posisi Mila bukan lagi siapa-siapa.

Hanya teman. Ya, sekadar teman.

Di sisi lain ketika mengemudikan kendaraan menembus jalan malam, Natra membuat realitas sendiri di pikirannya. Tentang Mila yang melarangnya untuk menikah, ataupun sekadar tak menyetujui hubungannya dengan Yura. Namun sayangnya, Mila selalu menerima dengan baik setiap maksud tindakannya pada perempuan lain.

Bahkan tiga tahun lalu ketika momen wisuda keduanya, Natra punya harapan kecil agar hubungannya dengan Yura sedikit bermasalah lalu Mila akan melakukan hal nekad seperti yang dilakukan ke Raya. Dan lagi-lagi, justru hubungan Natra dan Yura selalu baik-baik saja tanpa ada masalah serius.

***

Hari yang ditunggu tiba. Dengan kemeja batik yang senada dengan kebaya yang dikenakan Yura, Natra berdiri tegak di hadapan para keluarga besar dan kerabat dekat. Ada Mila juga di sana duduk cukup jauh dari tempat keduanya berdiri.

Prosesi pertukaran cincin berjalan lancar meski dari kejauhan Mila tak bisa melihat ada titik keraguan dalam tatapan laki-laki itu. Sampai akhirnya mereka bersalaman, mengucapkan selamat juga pada Yura.

"Kamu cepet nyusul, ya," kata Natra dengan tersenyum tipis.

Melihat Mila menuju toilet sempat membuat khayal gila pada pikiran Natra. Ia membayangkan jika pasangan yang di sampingnya hari ini adalah sahabatnya itu. Mungkin semua akan lebih baik karena keduanya sudah mengenal satu sama lain.

Tapi yang namanya khayal tetap saja jadi khayal. Bukan untuk jadi realita.

Di sudut sana, Mila masuk ke kamar mandi untuk melampiaskan perasaannya. Di balik salah satu toilet, ia menangis tanpa suara dengan air mata yang secara halus mulai melunturkan make up-nya. 

Ada penyesalan kenapa ia tak berani mengungkapkan perasaan bahwa kebahagian Natra justru jadi tombak yang menghancurkan pertahanannya. Ia ingin mengatakan bahwa hanya Natra satu-satunya jawaban kenapa ia masih sendiri. Mila ingin hubungan lebih yang bukan hanya sekadar teman.

Tapi semuanya terlambat. Tak ada lagi celah untuk kembali.

***

"Oh ya, ada satu hal yang harus kamu tahu. Aku mau nembak Yura hari ini."

Mila tahu bahwa sahabatnya ini telah cukup lama mengincar mahasiswi Fakultas Ekonomi itu. Tapi ia tak menyangka akan secepat itu Natra mengungkapkan perasaan.

Ia membayangkan yang terjadi selanjutnya. Natra akan jadi kekasih Yura, bertahun-tahun menjalin hubungan, lalu pada satu titik melangkah ke jenjang yang lebih serius. Itu tidak boleh terjadi.

Bukannya laki-laki itu tak boleh bahagia, tapi ia juga tak ingin menyesal karena tak sempat mengungkapkan perasaan. Entah sejak kapan, sebenarnya Mila diam-diam memiliki perasaan pada Natra.

"Menurut kamu gimana?" tanya Natra memastikan di tengah kerumunan wisudawan itu.

Mila melakukan hal yang sebenarnya di luar batas. Ia sedikit mengangkat kakinya untuk menyamai tinggi Natra, lalu merangkul laki-laki itu untuk mendaratkan bibir keduanya pada satu titik.

Inilah ciuman pertama bagi keduanya yang terasa sangat aneh ternyata bisa terjadi.

Semula Natra tampak bingung, namun ia mulai mengerti dan membalas ciuman Mila sambil memejamkan mata.

"Aku... nggak setuju kamu sama Yura," kata Mila menunduk menahan malu yang dijawab oleh Natra dengan rangkulan.

Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya, kemudian merekam dirinya yang mencium kening Mila seakan sedang membuat vlog.

"Hari ini, gue dan Mila resmi jadian!"

Mila tertawa melihat tingkah sahabatnya itu. Oh, mungkin lebih tepatnya kekasih.

Dalam diam, Mila menyimpan kebahagiaan yang tak terbendung. Setidaknya kali ini ia berhasil keluar dari zona pertemanan ini, dan memberanikan diri masuk ke zona yang lebih serius meski penuh risiko. Tapi asalkan bersama Natra, semua sama sekali bukan jadi halangan.

***

GOODBYE FRIENDZONE - SELESAI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun