Menggunakan mobil, Natra mengantar Mila ke rumahnya. Di perjalanan pun tak ada percakapan yang begitu serius, hanya didominasi oleh jeda di dalam ruang tanpa suara.
Entah sejak kapan pastinya, tapi melihat Natra bahagia dengan perempuan lain akan membuat dada Mila sesak. Tidak hanya pada Yura, tapi juga pada Raya yang bertahun-tahun lalu sempat mengisi ruang hati sahabatnya itu.
"Nggak usah cemburu. Meskipun aku punya pacar, nggak akan merubah persahabatan ini. Beneran, deh"
Itulah yang dikatakan Natra ketika pertama kali menjalin hubungan dengan Raya. Memang benar, tak ada yang berubah dari persahabatan keduanya. Tapi kini, Natra bukan hanya memiliki kekasih. Ia akan mempersunting perempuan pilihannya dan semakin dekat membentuk keluarga baru.
Ini berarti posisi Mila bukan lagi siapa-siapa.
Hanya teman. Ya, sekadar teman.
Di sisi lain ketika mengemudikan kendaraan menembus jalan malam, Natra membuat realitas sendiri di pikirannya. Tentang Mila yang melarangnya untuk menikah, ataupun sekadar tak menyetujui hubungannya dengan Yura. Namun sayangnya, Mila selalu menerima dengan baik setiap maksud tindakannya pada perempuan lain.
Bahkan tiga tahun lalu ketika momen wisuda keduanya, Natra punya harapan kecil agar hubungannya dengan Yura sedikit bermasalah lalu Mila akan melakukan hal nekad seperti yang dilakukan ke Raya. Dan lagi-lagi, justru hubungan Natra dan Yura selalu baik-baik saja tanpa ada masalah serius.
***
Hari yang ditunggu tiba. Dengan kemeja batik yang senada dengan kebaya yang dikenakan Yura, Natra berdiri tegak di hadapan para keluarga besar dan kerabat dekat. Ada Mila juga di sana duduk cukup jauh dari tempat keduanya berdiri.
Prosesi pertukaran cincin berjalan lancar meski dari kejauhan Mila tak bisa melihat ada titik keraguan dalam tatapan laki-laki itu. Sampai akhirnya mereka bersalaman, mengucapkan selamat juga pada Yura.