Aku tidak bisa bertemu lagi dengan Arina. Rasa cemas yang dulu pulih kini berbalik datang meski tak sampai separah waktu itu.
Jadi, di sinilah aku bertemu psikolog yang dulu pernah menolongku. Menceritakan kembali kejadian dulu dan tentang pertemuan kembali yang tak diharapkan itu. Kurang lebih selama satu jam aku mendapat saran terbaik dari psikolog kenalan Damar ini. Ia masih terlihat muda, mungkin usianya sekitar 30 tahunan.
"Saya yakin kamu bisa segera membaik. Ini hanya rasa kekhawatiran yang wajar," katanya menutup pertemuan ini, lalu kami bersalaman.
"Terima kasih, Larisa," kataku sambil tersenyum.
Memang sejak awal, psikologku ini hanya ingin dipanggil dengan nama langsung. Jadi setiap aku datang konsultasi, aku megikuti aturannya itu.
Begitu keluar pintu dan hendak menghubungi Damar, seorang anak sekolah berseragam SMP terburu-buru datang dari arah berlawanan dan menabrakku. Setelah meminta maaf sebentar, ia masuk ke ruangan Larisa dan menutupnya secara kasar.
Rasanya di waktu konsultasiku yang lain aku pernah bertemu gadis itu. Kalau tidak salah... dia adalah adik Larisa.
***
Laki-Laki Korban Pelecehan - Selesai
Baca juga cerita Damar di sini
Larisa will return in the next story
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H