Tapi Zoya bukan memberikan ekspresi bahagia, melainkan sebuah rasa kaget yang di dalamnya tersimpan satu keraguan yang samar terlihat.
“Maaf, Angga, aku… aku belum bisa.”
Aku tidak memaksa karena mungkin saja menurutnya ini terlalu cepat. Maka malam itu dilewati cukup canggung tanpa ada tawa atau cerita yang biasa kami bagi. Semua jadi berjalan kaku, bahkan hingga hari-hari berikutnya.
"Zoya, kamu nggak bisa selamanya menghindar dari aku!" kataku sore itu di trotoar jalan ketika sengaja datang ke tempat kerjanya.
"Aku butuh waktu sendirian, Angga."
"Tiga hari belum cukup, hah?"
"Bisa jadi aku butuh waktu seumur hidup untuk memastikan lepas dari kamu."
Kemudian ia pergi dijemput seseorang yang tak kutahu siapa. Meninggalkanku, dengan banyak pertanyaan di pikiran.
***
Semoga rindu ini menghilang,
Konon katanya waktu sembuhkan,
Akan adakah lagi yang sepertimu?
Pagi ini aku sengaja memilih lagu Tulus untuk membuka hari. Dengan sepasang TWS yang terpasang di telinga, aku melihat diri sendiri di depan cermin mempersiapkan hari ini, yaitu pernikahan Zoya.