Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Cerita Melepaskan dalam Fragmen Dua

24 Agustus 2020   20:03 Diperbarui: 26 Agustus 2020   08:28 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca cerita sebelumnya di sini

Jakarta, Desember 2017

Hai, Teresa. Ini aku, Adian. Mungkin kamu bingung kenapa aku membuat video ini dan mengirimnya lewat email. Hal ini aku lakukan agar kamu bisa melihat aku, tapi tidak sebaliknya. Aku tidak tahu kamu sedang apa atau sedang menggunakan pakaian apa sekarang. Tapi kamu bisa melihat aku sedang duduk di kamar, mengenakan kemeja putih polos hadiah ulang tahun yang kamu beri sebulan lalu.

Mungkin aku hanya seorang pengecut. Aku egois karena hanya ingin didengarkan tanpa ingin mendengar jawaban kamu. Karena sesungguhnya yang aku butuhkan adalah membuat kamu paham. Itu saja.

Kita saling kenal cukup lama, karena saat kuliah 7 tahun lalu kamu sempat dekat dengan teman sekelasku. Aku juga tahu pada akhirnya kalian sempat memiliki hubungan khusus. Namun karena satu dan lain hal, kamu dan Nata memutuskan untuk menjadi teman saja dan tidak bisa seperti dulu lagi.

Aku paham kesedihan kalian saat itu. Aku juga jadi saksi bagaimana rapuhnya Nata ketika harus melepas kekasih yang sudah menemaninya selama tiga tahun.

Tak lama setelah lulus, ternyata kita bekerja di tempat yang sama. Hubungan kita hanya sebatas rekan kerja, aku tahu. Tapi melalui hal-hal sederhana itu membuat aku berpikir bahwa ada tujuan lain kenapa Tuhan mempertemukan kita seperti sekarang ini.

Ter, aku udah jatuh cinta pada seseorang yang sekarang sedang menonton video ini. Ini memang gila, bahkan sangat gila karena aku tidak memiliki keberanian untuk bicara langsung. Semuanya konyol. Aku pun tidak akan tersinggung jika kamu sampai menertawakan ini, sungguh.

Tapi sebelum kamu benar-benar tertawa, izinkan aku untuk bilang bahwa...

Aku mencintai kamu dan ingin membawa hubungan ini ke tahap yang lebih serius.

Teresa, apa kamu bersedia menjadi pendamping hidup aku? Untuk yang pertama, juga yang terakhir.

***

Jakarta, Januari 2018

Sejujurnya hari ini aku sangat tegang, karena ini adalah momen yang sangat penting dalam hidup. Aku juga tidak menyangka Teresa ternyata membalas perasaan aku. Akhirnya kita pun sepakat untuk tidak mengulur waktu lama dan memutuskan waktu lamaran secepatnya.

Video ini aku buat sebagai kenang-kenangan perjalanan antara aku dan Teresa. Mulai dari pengungkapan perasaan, proses lamaran, pernikahan, hingga ketika punya anak nanti. Dan, sebentar lagi aku akan datang ke rumahnya bersama keluarga besar aku.

Kita sudah membawa banyak seserahan. Namun yang paling penting dan tidak boleh dilupakan adalah bunga, karena Teresa sangat menyukai bunga. Jadi, aku membawa sebuket bunga tulip putih meskipun sebenarnya favorit Teresa adalah bunga matahari. Ya aku pikir sekali-kali boleh melakukan hal yang berbeda.

Oke, aku mohon do'anya agar acara bisa berjalan lancar, untuk hari ini dan sampai di hari pernikahan nanti. Sampai jumpa di video selanjutnya. Bye!

***

Jakarta, April 2018

Hai, Nat! Apa kabar? Sudah lama sekali rasanya kita tidak bertemu. Semoga kamu, Klarisa, dan calon buah hati selalu baik-baik saja dalam lindungan-Nya. Tadi aku mau video call, bersama Teresa juga, tapi WhatsApp kamu sama sekali tidak aktif. Jadi aku putuskan untuk membuat video ini saja.

Oh ya, aku dan Teresa suka banget sama hadiahnya. Kebetulan kita memang belum punya oven di dapur. Dan untuk buket bunga mataharinya, terima kasih. Aku dan Teresa sama-sama menyukainya. Benar-benar cantik.

Kami sangat memaklumi kok kenapa kalian tidak datang di acara itu. Apalagi kalau urusan kerjaan, siapa juga yang bisa nolak?

Aku juga pengin lho kita bisa kumpul seperti waktu kuliah dulu. Padahal rencananya aku dan Teresa akan bulan madu ke Pulau Pahawang, Lampung. Tapi, kita mengganti destinasi jadi ke Pulau Seribu. Pokoknya, kalau aku ke Lampung pasti akan hubungi kamu dan Klarisa.

Eh, sebentar ya..

Ter, sini bentar, aku lagi membuat video untuk Nata. Kamu juga ikut gabung ya?

Oke Nat, sekarang sesi Teresa yang akan melanjutkan. See you next!

***

Jakarta, September 2018

Dulu aku berkhayal akan terus membuat dokumentasi untuk kita sampai tua nanti dalam format video seperti ini. Kemudian kita akan memutarnya beberapa tahun setelahnya, menertawakan semua aktivitas konyol yang pernah dilakukan. Kita juga akan menjadi saksi bagaimana kelak seorang anak hadir, kemudian berkembang sampai beranjak dewasa seperti seusia kita saat ini.

Tapi, ternyata Tuhan punya rencana lain. Dia memanggilmu lebih dulu di usia pernikahan kita yang begitu singkat. Aku kehilangan. Benar-benar kehilangan. Semuanya kini harus aku lakukan sendirian tanpa ada sosok kamu di sini.

Aku tahu kamu tidak akan bisa menonton rekaman ini. Tapi hanya inilah cara untuk melampiaskan rasa kehilangan. Dengan bicara sendiri, menangis sendiri, hingga marah-marah sendiri di depan kamera.

Kadang aku berpikir, kenapa Tuhan tidak memanggilku juga ketika kecelakaan itu terjadi? Kenapa aku dibiarkan sendirian menikmati kesedihan ini?

Maka, dimulai dari detik ini, aku akan menjalani hari yang benar-benar berbeda.

Teresa, tolong kembali. Saat ini juga.

***

Jakarta, September 2019

Hai, Ter. Hari ini aku ada di pemakaman kamu. Maaf kalau aku lagi-lagi harus merekam video di sini. Setidaknya, ini aku lakukan sebagai dokumentasi perjalanan dalam mengikhlaskan kepergian kamu.

Tepat satu tahun sudah aku hidup seorang diri. Awalnya memang tidak mudah menjalani ini semua. Tapi perlahan aku sadar bahwa kapanpun itu, aku harus bisa melepas kamu sepenuhnya. Lagipula ini memang sebuah perjalanan bagi kehidupan manusia.

Seandainya kamu bisa melihat aku saat ini, kamu akan melihat tatapan yang berbeda dari aku sekarang. Tidak ada lagi kesedihan. Tidak ada lagi air mata. Lihat, wajahku nampak bahagia, kan? Karena aku sadar, tidak selamanya juga aku akan terus tenggelam dalam luka yang begitu pahit. Suatu saat kita perlu bangkit.

Ter, lihat apa yang aku bawa. Sebuket bunga tulip! Ingat kan dulu waktu aku melamar kamu ke rumah, aku membawakan ini. Semoga kamu suka ya meski ini bukan bunga favorit seorang Teresa.

Oh ya, kamu dapat salam dari Nata. Rencananya dia akan ke sini juga seminggu lagi. Tapi dia hanya akan datang seorang diri karena Klarisa masih butuh istirahat di tengah kehamilannya yang semakin membesar. Aku rasa nanti dia akan membawa bunga matahari lagi hahaha.

Terima kasih ya, kamu telah mewarnai hidup aku meski dalam waktu yang sangat singkat. Aku yakin, suatu saat kita bisa bertemu lagi pada kehidupan lain meskipun bukan di dunia.

Teresa, I love you.

Cerita Melepaskan dalam Fragmen Dua - Selesai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun