Teresa, tolong kembali. Saat ini juga.
***
Jakarta, September 2019
Hai, Ter. Hari ini aku ada di pemakaman kamu. Maaf kalau aku lagi-lagi harus merekam video di sini. Setidaknya, ini aku lakukan sebagai dokumentasi perjalanan dalam mengikhlaskan kepergian kamu.
Tepat satu tahun sudah aku hidup seorang diri. Awalnya memang tidak mudah menjalani ini semua. Tapi perlahan aku sadar bahwa kapanpun itu, aku harus bisa melepas kamu sepenuhnya. Lagipula ini memang sebuah perjalanan bagi kehidupan manusia.
Seandainya kamu bisa melihat aku saat ini, kamu akan melihat tatapan yang berbeda dari aku sekarang. Tidak ada lagi kesedihan. Tidak ada lagi air mata. Lihat, wajahku nampak bahagia, kan? Karena aku sadar, tidak selamanya juga aku akan terus tenggelam dalam luka yang begitu pahit. Suatu saat kita perlu bangkit.
Ter, lihat apa yang aku bawa. Sebuket bunga tulip! Ingat kan dulu waktu aku melamar kamu ke rumah, aku membawakan ini. Semoga kamu suka ya meski ini bukan bunga favorit seorang Teresa.
Oh ya, kamu dapat salam dari Nata. Rencananya dia akan ke sini juga seminggu lagi. Tapi dia hanya akan datang seorang diri karena Klarisa masih butuh istirahat di tengah kehamilannya yang semakin membesar. Aku rasa nanti dia akan membawa bunga matahari lagi hahaha.
Terima kasih ya, kamu telah mewarnai hidup aku meski dalam waktu yang sangat singkat. Aku yakin, suatu saat kita bisa bertemu lagi pada kehidupan lain meskipun bukan di dunia.
Teresa, I love you.
Cerita Melepaskan dalam Fragmen Dua - Selesai