Mohon tunggu...
M. Gilang Riyadi
M. Gilang Riyadi Mohon Tunggu... Penulis - Author

Movie review and fiction specialist | '95 | contact: gilangriy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kita yang Hanya Sebatas Pernah

29 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 29 Juli 2019   21:58 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sosok Ibu adalah wanita yang paling berpengaruh dalam hidupku. Karena dirinyalah aku bisa lahir dan bertahan hingga saat ini dengan mengenakan toga di kampus yang sudah menemaniku selama 4 tahun ke belakang.

Maka ketika keluar dari auditorium kampus, aku langsung memeluk Ibu dengan air mata yang tidak bisa ditahan lagi. Hanya dengan cara ini ia tahu bahwa aku begitu tulus menyayanginya dan benar-benar berterimakasih karena sudah menjadi kepala keluarga ketika sosok Ayah hilang dari tanggung jawabnya bertahun-tahun lalu.

Selain ibu serta adik laki-lakiku, Janet juga hadir di acara wisuda ini dengan kebaya cantiknya yang membuat dia tampak lebih anggun. Ia memelukku sambil mengucapkan kata selamat karena telah berhasil meraih gelar sarjana.

"Thank you, sayang," kataku sambil mencium keningnya.

Aku tidak ingin menceritakan bagaimana detailnya. Tapi yang jelas, aku dan Janet memang sudah setahun setengah ini menjalin hubungan yang lebih dari sekadar bersahabat.

"Mulai bulan depan Bang Ethan kan pindah ke Bali, ya?" tanya adikku. "Kalian LDR-an dong?"

"Heh, anak kecil, nggak usah ikut campur urusan orang dewasa kayak gini," jawabku ketus mengacak-acak rambutnya.

"Bang, gue cuma tiga tahun beda umurnya sama lo. Jangan ngatain anak kecil segala, ah."

"Udah-udah, kalian ini dari kecil nggak pernah akur, deh." Ibu menjadi penengah, sementara Janet hanya tersenyum simpul setiap melihat tingkah kita yang seperti ini. "Pokoknya Ethan, kamu kejar karir kamu di sana, cepet-cepet lamar Janet."

"Eh, iya bu," jawabku sedikit salah tingkah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun