*Baca dulu part 1 nya di sini*
Ini hari ketujuh Rasel berada di Yogyakarta. Biasanya, dengan semangat ia akan mengajak Alvan, temannya yang sengaja ia ajak dari Bandung, untuk berkeliling kota ini. Tapi hari ini semangatnya seakan luntur. Sejak kejadian kemarin malam, ia tidak banyak bicara.
"Bro, jangan lesu gitu dong. Nanti malem kan kita mau tahun baruan di Malioboro." Alvan mencoba memberi semangat.
"Makasih."
Ini hari terakhir mereka berdua berada di Yogyakarta. Rasel sengaja ingin menghabiskan malam tahun baru di kota yang istimewa, bersama teman terdekatnya di kampus, dan tentunya dengan harapan melihat kembang api pergantian tahun bersama Clarisa.
Namun, ia juga tahu, Clarisa tidak akan pernah mau jika diajak untuk melihat pesta kembang api. Clarisa bukannya tidak suka melihat kilau kembang api yang menyala indah mewarnai pekatnya malam. Ia hanya tidak suka suaranya, suara ledakan yang berhasil melukai gendang telinganya hingga ia tak bisa lagi mendengar.
Sejak saat itu, Clarisa menghindari sesuatu yang berhubungan dengan kembang api. Ia mungkin masih bisa melihat warna-warni cahaya yang akan bertaburan pada perayaan malam tahun baru, namun ia tak akan mendengarnya. Ia akan sengaja melepaskan alat bantu pendengarannya dan hanya mengandalkan indera pengelihatannya, bukan indera pendengaran.
Rasel beranjak dari kursi, menginggalkan Alvan sendirian, lalu mencari Tantenya di seisi rumah untuk meminta pertolongan.
"Ada apa, Rasel?"
"Tante bisa tolong telepon Nek Rahmi? Tolong tanyain apa Clarisa ada di rumahnya atau enggak."
Tantenya tersenyum, wanita berusia 40 tahunan itu tahu betul apa yang diinginkan keponakannya itu. Dan tanpa menunggu waktu lama, informasi tentang Clarisa sudah berhasil diperolehnya.