"Kemungkinan besar Bos nggak akan datang. Itu artinya kita bisa makan lebih takjil gratis yang disediakan kafe. Tapi kabar buruknya adalah... Yuda nggak akan datang hari ini. Dia mendadak sakit. Itu artinya, kamu harus main gitar."
Aku tersenyum. Itu artinya hari ini aku bisa menggunakan gitar maroon pemberian Ibu.
***
Di kafe ini ada sebuah panggung kecil khusus yang disiapkan untuk acara musik seperti sekarang. Aku sudah berdiri di sana dengan gitar maroon yang kupegang. Rena di sebelahku duduk mulai memainkan tuts pianonya mengawali iringan musik. Banyak pasang mata tertuju ke arah kami. Aku sedikit gugup, tapi bukan karena orang-orang ini, melainkan karena aku takut jika Ibu benar-benar ada memperhatikanku tanpa aku tahu.
Waiting here for someone...
Only yesterday we were on the run...
You smile back at me and your face lit up the sun
Now I'm waiting here for someone
Sebagian besar orang hanya fokus pada makanan yang tersaji di meja mereka. Sebagian lagi tampak asyik mengobrol dengan relasinya yang duduk dalam satu meja yang sama. Namun ada juga sebagian kecil yang memperhatikanku. Meski dari kejauhan, aku bisa merasakan tatapan yang tidak biasa itu.
Ada seorang remaja yang terlihat sama usianya denganku. Ada juga seorang ibu muda yang hanya datang bersama anak laki-lakinya yang kira-kira berusia 6 tahun. Terakhir, seorang perempuan berusia 40 tahunan yang datang sendirian. Dia duduk di dekat panggung, sehingga aku bisa melihat jelas bagaimana reaksinya ketika melihat penampilanku.
And oh love.. do you feel this rough?