Inisial nama perempuan tadi ialah CA, seorang pasien dari kamar sebelah yang dirawat di sini karena sebuah kecelakaan. Jalannya sedikit pincang, wajahnya tidak mulus lagi karena dipenuhi oleh goresan luka, dan kepalanya diperban. Separah itukah kecelakaannya?
"Jadi... kamu sedang mencari tunangan kamu?" tanyaku untuk memastikan.
"Iya," jawabnya sangat pelan memandang lantai.
Aku yang duduk di sampingnya semakin bingung harus melakukan apa. Tadi dia menangis, lalu sekarang seolah menjadi perempuan paling cuek yang pernah kukenal. Sulit ditebak.
"Lalu-"
"Tunanganku koma," katanya memotong pembicaraanku. Mata kami kemudian bertemu. "Dia dibawa ke Singapura untuk perawatan lebih lanjut dua hari yang lalu. Aku hanya merasa... dia ada di kamar ini, tepat di sebelah kasur kamu."
Oh, jadi tunangannya sempat dirawat di kamar ini.Â
"Di sini pertama kali dia diberi pertolongan pertama saat kecelakaan itu," lanjutnya. "Oh, maaf, aku terlalu banyak bicara. Pastinya kamu merasa terganggu. Mungkin sebaiknya aku kembali ke kamar."
Kakinya langsung bergerak untuk melangkah lebih jauh. Tapi refleks, aku langsung menahan tangannya. Mata kami kembali bertemu.
"Keberatan kalau aku minta kamu untuk ada di sini sebentar lagi? Sepertinya, aku juga membutuhkan teman curhat."
Perempuan berambut pendek ini tidak langsung menjawab. Ia nampak masih memikirkan jawabannya.