Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Education in Indonesian Language and Literature, Indraprasta University, Jakarta

Omon-omon puisi dan sekenanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pagi Datang Lagi

5 Desember 2024   12:01 Diperbarui: 5 Desember 2024   12:08 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Cahaya Matahari Pagi. Sumber: Freepik/Wirestock

Kau bicara tentang bintang,

tapi aku tahu kau maksudkan cinta yang terbakar perlahan.

Di balik kata-kata itu ada jurang,

dan aku berdiri di tepinya, mencoba melompat.

3.

Matahari, pemburu itu, mengikat kita

dengan cahaya membelenggu.

Kau tertawa, mengatakan kita bisa lari,

tapi bayang-bayang kita selalu mengejar.

Kopi dingin di meja adalah saksi,

percakapan tanpa ujung tentang segalanya dan bukan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun