Mohon tunggu...
Gilang Ramadhan
Gilang Ramadhan Mohon Tunggu... Penulis - @dampstain

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bertahan di Antara Angin dan Tanah

19 November 2024   22:35 Diperbarui: 20 November 2024   12:06 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia turun dari bukit yang pecah,  

dari batu yang tergerus angin,  

dari pohon ek yang tak lagi hijau,  

dari semak yang kelaparan.  

Langkahnya pelan, memeluk debu yang  

terbang mengikuti bayangannya.  

Di bawah langit yang begitu besar,  

dia melintasi jejak-jejak sunyi---  

ranting yang menggaruk kulitnya,  

rumput yang layu,  

badai kecil yang tak terdengar.  

Di sana, di antara pohon dan tanah,  

dia merasakan adanya sesuatu,  

sesuatu yang tak bisa dipegang.  

Di bawah langit yang tak ada suaranya,  

rusa terperangkap, terengah-engah.  

Mereka berdua, dia dan rusa,  

berhadapan dengan nasib yang  

tak bisa diputar balik.  

Tapi dia menunda, menatapnya  

dengan mata yang tak pernah berhenti  

memahami, walau tak bisa berkata.  

Dia menuruni tepi sungai yang surut,  

melintasi jejak-jejak yang ditinggalkan  

oleh binatang malam.  

Kaktus berdiri kaku,  

seperti pertanyaan yang terus menunggu  

jawaban, yang tak pernah datang.  

Di sana, di bawah pohon yang saling menyembunyikan bayangan,  

dia berusaha menemukan diri yang hilang.  

Di antara capung dan bunga liar  

yang melayang di udara,  

dia merasa sesuatu bergerak,  

sesuatu yang lebih besar dari semua ini,  

yang mengubah arah angin,  

yang menyentuh kulitnya tanpa suara.  

Tuhan kembali ke dalam tubuhnya,  

kembali ke tempat yang tak pernah ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun