Sepanjang trailer dengan durasi 2 menit kurang 1 detik ini, kita disuguhkan dengan visual Bali yang indah dan menawan, seakan - akan memberi pencerahan di masa pandemic, yang menuntut kita selalu di rumah dan tidak bisa berlibur.Â
Dibuka dengan seorang pria yang mendesain sepatu di atas kertas, dan tangan wanita mengikat tali pada sebuah baju, lalu narasi soal Ibu Hadra sang peramal dengan kartu tarot yang membentang, dan sehelai daun berwarna coklat kering serta mantra ajaib yang membawa wanita melihat sebuah sepatu dari balik kaca, diikuti dengan landscape Bali yang mempesona dengan bibir pantai dan debur ombak. Beberapa title dengan kata - kata bijak yang mengajak kita untuk menebak apa kisah film tersebut.
Trailer dan poster yang sedikit berbeda, dengan ekpektasi poster ala - ala cerita dongeng, ternyata trailer "A Perfect Fit" dibangun sedemikian realistis, visual Bali yang diambil begitu baik, bentangan bibir pantai, debur ombak khas pantai Bali membawa ekpektasi saya pada cerita - cerita FTV yang tayang pada pukul 1 dini hari. Tetapi, tentu ini bukan FTV, secara poster, trailer, sutradara dan penulis yang banyak pengalaman, ada nama Garin Nugroho yang cukup kontras sebagai penulis skenario. Tidak ada peri dengan sayap warna warni, tidak ada hutan tropis, trailer lebih fokus pada Bali, budaya dan ramalan.
- Karakter yang Ragu - ragu
Jika proses dari skenario ke audio dan visual adalah ritual alih wahana, maka akan sangat butuh imajinasi dan pengalaman luar biasa untuk menciptakan audio dan visual yang kuat. Karna sangat sulit sebuah cerita, skenario, atau novel, untuk dijadikan sebuah tontonan, setiap pembaca memiliki theater of mind yang berbeda - beda.
Pengenalan karakter pada babak pertama dalam film ini terkesan buru - buru, sehingga latar belakang para tokoh tidak terbangun, bahkan terkesan tanpa latar belakang. Para tokoh diciptakan tidak dengan pondasi yang kuat, tak heran jika pada film ini banyak pertanyaan yang tidak terpecahkan, dimulai dari Rio sebagai penjual sepatu dengan mudah bisa menebak ukuran kaki wanita, hal tersebut lebih terkesan mengada - ngada, karna tidak ada satupun scene yang menceritakan hal tersebut.
Saski yang menjadi poros dalam film diperankan oleh Nadya Arina, ia akan melaksanakan pernikahan dengan seorang laki - laki anak orang kaya, pengusaha sukses di Bali, perihal pernikahan sudah di suguhkan secara frontal di awal film, perihal Deni dan Saski yang membicarakan gaun pengantin, hingga kecupan bibir disaat Deni hendak pamit.
Adegan dan gestur klise dari Hendri, ketika Hendri yang berada dekat dengan mereka menunjukkan gestur yang unik saat mereka berciuman, gestur tersebut tidak menjelaskan hal yang spesifik, apakah Hendri kaget dengan kecupan itu, atau tidak suka, atau ia merasa canggung karna kecupan depan umum, bahkan sampai akhir film tidak ada kejelasan terhadap reaksi Hendri.
Ibu Handra yang diperankan oleh aktris senior Cristine Hakim berusaha menghentikan Saski yang hendak pulang, Hendri yang mengatakan pada Saski bahwa Ibu Handra adalah peramal yang hebat, tetapi reaksi Andra, sahabat Saski agak terkejut, dan memperlihatkan wajah cemas. Ibu Handra memberikan sehelai daun kering dengan mantra yang ditulis dalam kertas, Andra sebagai sahabat Saski ditugaskan atas mantra tersebut.
Setelah mereka pergi, Andra mendesak Saski untuk melakukan ritual yang disuruh oleh Ibu Handra, tetapi Saski menolak dan tidak setuju dengan ramalan tersebut, Andra sebagai penanggung jawab mantra dari Ibu Handra mendesak untuk melakukan ritual ramalan, memutari bumi 3 kali dan mantra ajaib, hingga mengarah pada toko sepatu.
Kehadiran Saski yang tidak direncanakan itu mengagetkan Rio yang masih berbenah untuk menyelesaikan toko sepatunya. Sesampai di depan toko, Saski langsung melihat sebuah sepatu yang di pajang depan toko, Rio yang awalnya menolak untuk menerima pembeli karna masih mempersiapkan toko, namun Saski tidak merasa keberatan, ia akan mencari sepatu yang ia inginkan, dan menyuruh Rio terus bekerja.
Secara pribadi, saya tidak melihat Rio sebagai orang expert di bidang sepatu, dan tiba - tiba Rio bisa mencarikan sepatu dengan ukuran yang tepat dengan Saski, dan anehnya Saski langsung membeli sepatu tersebut.Â