Mohon tunggu...
Giens
Giens Mohon Tunggu... Penulis - freelancer

I like reading, thinking, and writing.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Balada Pelukis Permaisuri Bopeng

16 November 2016   13:33 Diperbarui: 16 November 2016   13:42 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa, Dindaku?" tanyanya.

"Kanda, apakah ada kotoran di pipiku?"

"Tidak. Pipimu halus mulus, Dinda."

"Tapi kenapa di lukisan itu ada nodanya?"

Tuan Horen kembali terkejut. Diamatinya lagi lukisan itu lebih teliti lagi. Memang ada setitik hitam kecil di bagian pipi lukisan permaisuri. Tuan Horen menoleh ke arah si panitia dengan gusar. Yang ditoleh segera menunduk, komat-kamit berdoa agar tidak dihukum.

"Kamu tahu tentang lukisan?" tanya tuan Horen.

"Tidak, Yang Mulia,"jawabnya. Bohong sebenarnya. Ia tamatan Akademi Seni Rupa Internetan. Banyak tahu soal lukisan. Ia hanya ingin lepas dari jeratan kesalahan saja. Supaya tidak dimintai pertanggungjawaban.

"Panggil dewan juri, cepat!" tuan Horen memerintahkan.

Si panitia menoleh ke belakang, memberi kode asistennya untuk melaksanakan. Karena suara tuan Horen sangat lantang, asisten panitia yang agak jauh di belakang pasti ikut mendengar.

**

Tergopoh-gopoh kedua dewan juri masuk menghadap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun