***
"Sekolah yang pinter, di sini jangan nakal, ya. Nanti kalo nakal bu gurunya marah," pesan Dhera pada Lintang.
"Nggak nakal, kok, Bunda. Lintang, 'kan, anak baik."
"Yaudah, gih. Masuk! Udah di tungguin sama bu guru."
Bukannya menurut, Lintang malah mencium pipi Dhera. "Lintang sayang Bunda." Refleks pipi Dhera mengembang mendengar penuturan putrinya.
"Bunda juga sayang Lintang." Dhera kemudian balas mencium pipi lintang. Setelahnya lintang berlari masuk ke dalam kelasnya.
Dhera sebenarnya masih ingin berada di sini, menemani putrinya yang baru pertama kali masuk sekolah. Namun, Dhera juga harus mengurus butiknya yang sekarang menjadi pemasukan utama untuknya bertahan hidup.
Hari ini adalah jadwal rapat dengan salah satu custemer setia di butiknya. Hingga mengharuskannya untuk meninggalkan Lintang dan menitipkannya pada salah satu guru di sana. Mungkin nanti, Dhera akan meminta asisten rumah tangganya untuk menemani Lintang sekolah.
Dhera menatap ruang kelas Lintang sendu sebelum berlalu pergi dari sana. Merasakan beban berat yang dipikulnya kian hari semakin bertambah. Begitu beratnya menjadi seorang ibu, sendirian. Namun, apapun itu akan tetap dilakukannya demi sang buah hati bahkan ketika harus mengorbankan nyawa sesekalipun.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H