Dhera duduk ditengah-tengah Darren dan Lintang. Tangannya meraih pundak keduanya, memeluk mereka untuk beberapa saat.
"Bunda, kenapa nangis? jelek tau!" Kini giliran Lintang yang berbicara.
"Bunda bahagia aja, besok, 'kan hari pertamanya Lintang sekolah, 'kan." Senyuman kini terukir di wajah Dhera ketika melihat raut senang putrinya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada melihat kedua putra putrinya tersenyum ceria.
"Iya, Bunda. Besok Lintang sekolah telus punya banyak temen, kayak Kak Dallen. Yey!" celetuk gadis cilik itu antusias.
"Semangat banget anaknya Bunda," balas Dhera mencubit gemas pipi chubby putrinya. Sementara Darren mencubit lengan Lintang karena kesal pada adiknya itu.
"Darren, bukan Dallen."
"Dallen," ulang Lintang yang masih belum dapat melafalkan huruf 'r'.
"Darren, Lintang!" Darren bertambah kesal karena Lintang masih saja tidak bisa menyebut namanya dengan benar.
"Dallen."
"Udah, sayang. Adekmu, 'kan memang belum bisa nyebut 'r'." Derra melerai perdebadatan anak-anaknya, sebelum berlanjut.
"Sekarang mending kalian berdua gosok gigi terus tidur. Lintang, besok sekolah, lho!"