e. Pancer atau pusat yang berarti diri sendiri. Di maknai juga sebagai ruh yang ada didalam diri manusia yang akan mengendalikan kesadaran diri seseorang agar tetap eling lan waspada (ingat dan waspada). Serta ingat kepada sang pencipta dan menjadi manusia yang bijaksana.
Limo Pancer adalah manusia yang memiliki kesadaran untuk mengenali dan mengendalikan Sedulur Papat. Jika manusia mampu mengenali dan mengendalikan Sedulur Papat, maka mereka akan mampu menguasai dan memanfaatkan Sedulur Papatnya untuk hal – hal kebaikan dan mencapai kehidupan yang lebih harmonis, terutama dalam mengambil keputusan dan menghadapi masalah. Sedulur Papat Lima Pancer merupakan sebuah pendamping yang berada dalam diri kita di alam dunia ini, empat pendamping ini berada di empat penjuru Mata angin yang dapat disebut dengan Tirtanata atau air (timur), Purbangkara atau api (selatan), Sinatabrata atau angin (barat), dan Warudijaya atau bumi (utara). Dan keempat sedulur itu sudah ada sebelum kita semua lahir di bumi. Dan juga dapat melalui perantara seperti jenang putih, jenang ireng atau hitam, jenang kuning, jenang abang atau merah, dan lain sebagainya. Makna simbolik sesajen dalam Tradisi Sedulur Papat Lima Pancer adalah sebagai berikut.
- Jenang putih. Menurut Yahmo (6 Oktober 2020) jenang adalah jenengake, yang melambangkan saudara tua dari ayah ibu atau asal muasal manusia, jenang putih juga melambangkan ayah (sperma) dan dimaksudkan untuk menghormati saudara diarah timur atau air (Tirtanata). Pendapat ini senada dalam jurnal menurut Imam Baehaqie (2014:184) jenang putih yaitu melambangkan air dan jenang putih berlambang “sedulur kang suci dhewe”.
- Jenang ireng atau hitam. Menurut Cipto Tukiman (31 Agustus 2020) jenang ireng atau hitam berarti untuk menghormati sedulur dari arah utara atau bumi (Warudijaya). Pendapat ini senada dalam jurnal menurut Imam Baehaqie (2014:184) jenang ireng atau hitam berlambang arah utara atau bumi.
- Jenang Kuning. Jenang Kuning melambangkan sedulur dari arah barat atau angin (Sinatabrata). Pendapat ini senada dalam jurnal menurut Imam Baehaqie (2014:184) jenang kuning melambangkan arah barat atau simbolisme angin.
- Jenang Abang atau merah. Jenang abang ‘merah’ melambangkan ibu dari darah menstruasi dan dikatakan untuk menghormati sedulur di arah selatan atau geni (Purbangkara). Pendapat ini senada dalam jurnal menurut Imam Baehaqie (2014:184) jenang abang atau merah dikatakan untuk menghormati arah selatan atau api.
Sedulur Papat Limo Pancer ini dapat dianggap sebagai suatu pedoman untuk orang Jawa dalam mengendalikan hawa nafsunya. Sedulur Papat Limo Pancer mengajarkan kepada masyarakat – masyarakat Jawa untuk mengenali dan mengendalikan hawa nafsu atau emosinya dalam kehidupan sehari - hari. Sedulur Papat ini mewakili empat nafsu atau emosi yang dimiliki manusia yang meliputi :
1. Nafsu Amarah, ialah yang berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan rasa marah dan emosi, jika tidak bisa dikendalikan akan sangat berbahaya karena dapat membawa seseorang kepada perbuatan dan perilaku yang buruk dan tercela. Akan tetapi jika kita bisa mengendalikannya, maka akan sebaliknya yang menjadikan kita berani untuk mengungkapkan kebenaran. Nafsu ini dapat dikatakan mendapat pengaruh oleh sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad atau tubuh manusia.
2. Nafsu aluamah, yaitu nafsu yang berhubungan dengan kebutuhan dasar manusia seperti makanan, minuman, syahwat, dan lain – lain. Jika porsi nafsu ini tepat atau pas, maka akan membuat tubuh kita sehat dan sebaliknya jika kita tidak bisa mengendalikannya akibatnya akan buruk atau mengerikan. Misalnya, jika terlalu banyak mengononsumsi obat - obatan dapat menyebabkan overdosis. Nafsu aluamah ini ketika terjadi dapat dikatakan karena pengaruh dari unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad atau tubuh manusia.
3. Nafsu Supiah, terkait dengan suatu kesenangan. Jika tidak bisa dikendalikan, maka akan menyesatkan jalan hidup kita. Akan tetapi jika bisa mengendalikannya, maka akan menjadikan kita semakin semangat dalam bekerja untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup. Nafsu ini setara dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk tubuh. Maksud dari sifat udara ini adalah ingin selalu berusaha mengisi ruang dimana ruang itu masih ada (ruang kosong).
4. Nafsu Mutmainnah, merupakan nafsu yang telah dikendalikan oleh keimanan, yang akan membawa sang pemilik untuk menjadi jiwa yang tenang, tentram dan amanah. Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kita untuk kearah yanglebih baik. Nafsu ini adalah nafsu yang baik akan tetapi juga bisa menjadi buruk jika salah mengaplikasikannya atau melebihi batas.
Konsep Sedulur Papat Limo Pancer ini tidak lepas dari persepsi masyarakat – masyarakat Jawa terhadap sistem mikrokosmos serta berbagai ajaran filosofis lainnya yang terkandung dalam budaya Jawa. Secara umum, ajaran filsafat dalam masyarakat Jawa telah memandang kehidupan manusia yang terbagi dalam dua kosmos (alam), yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam ajaran masyarakat Jawa dapat dimaknai sebagai sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta (kosmos) yang mengarahkan manusia untuk mempertimbangkan kekuatan yang sempurna. Sedangkan, mikrokosmos dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Pada hakikatnya, masyarakat Jawa diajarkan untuk berusaha mencari dan menciptakan keselarasan antara makrokosmos dan mikrokosmos dalam menjalani kehidupan.
Keselarasan dalam kehidupan yang makrokosmos dan mikrokosmos ini bergantung pada keharmonisan batin yang dimiliki manusia sehingga manusia perlu mengendalikan keinginannya dan terbebas dari kepentingan diri sendiri. Masyarakat Jawa telah menganggap Sedulur Papat sebagai isi akal manusia yang terdapat dalam pancer atau tubuh manusia yang merupakan kesatuan jiwa manusia untuk mencapai kedamaian dalam hidup. Tanpa mengenal Sedulur Papat Limo Pancer, orang akan cenderung tidak dapat memahami harga diri, identitasnya, dan sifatnya.
Dalam persepsi moralitas dan spiritualitasnya, orang yang memiliki kesadaran Sedulur Papat lima Pancer dapat diartikan sebagai orang yang memiliki standar etika yang tinggi. Etika ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungan dan perannya dalam masyarakat seperti dalam keluarga, kerohanian, pendidikan, pekerjaan, kesehatan maupun hubungan - hubungan sosial lainnya. Misalnya, seseorang yang menyebut dirinya sukses, tapi hanya didalam bisnis saja, sedangkan rumah tangganya berantakan, tubuhnya pun sakit-sakitan, serta jiwanya tertekan. Itu bukan kesuksesan yang sebenarnya.
Falsafah Sedulur Papat Lima Pancer merupakan falsafah dasar yang kemudian dapat dikembangkan lebih lanjut dengan berbagai pakem-pakem Jawa. Misalnya pakem tentang hari-hari Jawa, yaitu pasaran Wage (Utara), Pon (Barat), Pahing (Selatan), Legi (timur) dan Kliwon (Tengah/Pusat). Dalam tradisi pewayangan juga dikenal tokoh Punakawan : Semar, Petruk, Gareng, Bagong yang menemani dan melayani tokoh pusat yaitu Arjuna. Hal ini juga menggambarkan keempat kuda pada kereta perang Arjuna yang dikendalikan oleh kusirnya yaitu Krisna. Pada periode Islam Jawa, dikenal pula keyakinan tentang malaikat yang menyertainya yaitu Jibril, Mikail, Isrofil, dan Ijro’il yang akan membawa seseorang mencapai Sidrathul Muntaha atau menyertai hidup manusia hingga mati menghadap kepada Sang penciptanya.