Dosen pengampu: Prof. Dr. Syamsu Yusuf L.N, M.Pd. dan Nadia Aulia Nadhira, M.Pd.
      Saat ini kita sedang menghadapi era digital yang ditandai dengan adanya perubahan -- perubahan yang serba cepat dan kompleks. Kita dituntut untuk serba bisa untuk menghadapi segala perubahan itu dan salah satunya dimulai dengan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Namun tidak jarang pula diantara kita yang belum bisa berhasil dalam penyesuaian atas segala perubahan -- perubahan yang terjadi. Apalagi dengan diiringi oleh adanya era digital. Kita harus lebih waspada karena sejujurnya bila kita tidak bisa membentengi diri maka akan terjadi dampak yang sangat buruk bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar kita. Salah satu dampak yang akan terjadi yaitu pergaulan tidak sehat terutama pada masa remaja, karena pada masa itu kita memang sedang bertumbuh untuk mencari jati diri.
      Pada masa remaja, emosinya masih sangat labil dan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungannya. Oleh karenanya, remaja sangat membutuhkan berdampingan dari para orang tua agar mereka dapat melalui masak pencarian jati diri ke arah yang lebih positif. Kemajuan teknologi atau era digital ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan bagi peradaban dunia khususnya Indonesia. Indonesia yang dahulu dikenal dengan masyarakat yang memiliki ragam budaya, bertutur kata yang baik, dan berperilaku yang baik.Â
Namun kini sudah mulai tergores oleh kebudayaan luar hal ini disebabkan ketidakmampuan individu Dalam menerima budaya barat yang masuk ditambah dengan kesalahan dalam pemanfaatan teknologi pada era digital ini. Yang mengakibatkan pergeseran budaya dan muncul perilaku menyimpang karena tidak ada lagi rasa malu yang dimiliki, contohnya seperti perilaku seks bebas, gaya berpacaran yang salah, melupakan budaya timur dan mengagungkan budaya barat. Sebagai contoh pada masa sekarang banyak remaja yang memiliki jalan pikiran bahwa perwujudan cinta dan rasa kasih sayang meski diungkapkan dengan cara menyerahkan jiwa dan raga sepenuhnya kepada lawan jenisnya. (Yati, 2020).
      Era digital sendiri ditandai dengan adanya penggunaan perangkat teknologi yang sangat berkembang dengan pesat. Saat era ini terjadi banyak perubahan teknologi, kebiasaan baru, dan masih banyak hal lainnya yang terjadi di era digital ini. Perkembangan teknologi ini menyebabkan beberapa nilai-nilai yang dilahirkan, baik nilai yang termasuk positif maupun negatif. (Purnasari dan Sadewo, 2021).
      Pergaulan tidak sehat atau dapat juga dikatakan pergaulan bebas memang sedang marak terjadi di sekitar kita. Pergaulan tidak sehat ini merujuk kepada perilaku remaja atau inidividu yang tidak terkontrol dalam melakukan suatu aktivitas yang tercela, seperti mabok atau meminum minuman beralkohol, melakukan hubungan seksual diluar ikatan pernikahan, menyalahkan gunakan penggunaan narkoba, dan masih banyak lagi perilaku berisiko lainnya. Jika ditinjau dari beberapa segi yang berbeda memang banyak faktor yang menyebabkan individu tersebut melakukan pergaulan yang tidak sehat ini, bisa disebabkan oleh kurangnya perhatian dan pengertian dari kedua orang tua, faktor lingkungan pertemanan yang kurang tepat, pengaruh media masa atau era digital ini.
      Dapat dikatakan juga pergaulan adalah salah satu kebutuhan hidup dari individu, karena individu Dalam makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia di bidang melalui suatu pergaulan. Pergaulan juga merupakan hak asasi manusia setiap individu dan harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam hal pergaulan, apalagi dengan mendiskriminasi karena hal tersebut sudah melanggar hak asasi manusia. Jadi pergaulan antar individu bersifat bebas tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, norma bermasyarakat. Namun tidak jarang juga di antara kita khususnya para remaja ini yang kurang bijak dalam pergaulan.Â
(Nadhirah, 2017). Pada era digital ini pergaulan yang tidak sehat atau pergaulan bebas sudah bukan suatu hal yang tabu namun suatu hal yang dianggap wajar dan telah menjadi kebiasaan. Sebenarnya tindakan seksual di kalangan remaja ini di satu sisi adalah tuntutan dari dalam diri, karena sesuai dengan perkembangan reproduksinya maka sedang mencapai tingkat kematangan seksual. Tetapi memang harus bisa menjaga dan membentengi diri dari hal -- hal yang akan merugikan diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
      Dapat dikatakan bahwa individu yang terjebak dalam pergaulan tidak sehat, merupakan individu yang belum berhasil dalam masa penyesuaian atas perubahan yang terjadi pada masa sekarang seperti yang telah dikatakan sebelumnya. Namun bukan hanya gagal dalam penyesuaian, ini juga dapat dikatakan bahwa individu tersebut tidak dapat menerapkan beberapa nilai penting dalam kehidupan.
 Salah satu nya yaitu nilai moral dan agama. Karena seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam dasar negara kita yaitu pancasila sudah jelas bahwa pertama adalah menerapkan nilai keagamaan, yang dimana semua agama yang ada di Indonesia ini mengajarkan kita untuk menjauhi perilaku -- perilaku tercela diatas. Sedangkan jika menurut Rizki Dwi Hartono dan Nur Dyah Gyanawati, ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan pergaulan yang tidak sehat atau bisa disebut dengan pergaulan bebas. Yakni terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
      Faktor ini muncul karena adanya dorongan dan kemauan dari individu itu sendiri. Karena pada dasarnya pribadi manusia bisa dipengaruhi oleh sesuatu, maka dari itu ada usaha untuk membentuk pribadi, atau watak seseorang. Karena sejak dahulu sudah diketahui bahwa pribadi pada setiap individu tumbuh atas dua kekuatan, yakni kekuatan yang ada dari dalam dan sudut dibawanya sejak lahir atau biasa disebut dengan kemampuan dasar. Dan kekuatan yang berasal dari luar, itu yang dipelajari individu saat keadaan sudah lahir yang ia serap dari lingkungan sekitarnya. Dan terdapat dua elemen yang ditemukan dalam mempengaruhi perilaku seksual berdasarkan faktor internal diantaranya yaitu:
1) Aspek perkembangan alat seksual atau biologis
      Perkembangan alat seksual merupakan salah satu bentuk ciri-ciri perubahan pada remaja yang nampak dari luar atau bisa terlihat secara langsung. Dari hal tersebut maka akan memiliki dampak apabila remaja yang mengalami perubahan pada fisik atau alat seksualnya yang tidak terkontrol dengan baik, hal ini akan mengakibatkan memancing pemikiran yang negatif pada seseorang terhadap remaja tersebut. Khususnya ketika remaja laki - laki melihat perubahan alat seksualnya remaja perempuan.Â
Perubahan yang terjadi pada alat seksual perempuan merupakan sebagai wadah atau alat untuk melakukan hubungan seksual sehingga penilaian mereka atau remaja laki-laki itu hanya sebatas alat pemuas nafsu. Remaja yang demikian ini tidak akan bisa menjalani hubungan yang serius dengan perempuan, karena pemikirannya didasari oleh sifat nafsu yang sudah tertanam dari dirinya.
2) Aspek motivasi
      Pada masa remaja adalah masa di mana seorang anak remaja yang dihadapkan oleh realita kehidupan. Pada saat ini jiwa seseorang akan mengalami peralihan dari ke anak - anakkan menjadi ke arah yang lebih dewasa. Dalam masa ini tentu remaja tersebut banyak mengalami peristiwa - peristiwa atau pengalaman baru yang terjadi dalam hidupnya, dan akan memicu timbulnya dorongan untuk mencoba hal - hal baru juga. Jika motivasi yang diberikan atau dorongan untuk bertindak positif itu kurang didapatkan oleh remaja tersebut, maka akan membuka celah untuk remaja tersebut melakukan perilaku menyimpang.
b. Faktor eksternal
      Faktor eksternal ini adalah faktor yang datang dari luar diri individu remaja tersebut, dan mendorong remaja untuk melakukan seks bebas. Diantaranya:
1) Aspek keluarga
      Dalam keluarga sangat dibutuhkan adanya komunikasi terutama orang tua dengan anak - anak remajanya karena hal tersebut akan memberikan kehangatan atau hubungan yang baik antara orang tua dan anak remajanya. Dengan adanya hubungan yang terjalin baik antara keduanya dapat memahami apa kemauan dari masing - masing, sehingga akan tercipta saling pengertian dan sangat membantu di dalam memecahkan atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi oleh remajanya.Â
Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam keluarga, karena ketika adanya komunikasi otomatis akan ada terjadi interaksi di dalam keluarga tersebut dan menghasilkan bonding yang kuat antara orang tua dan anak. Berbeda ceritanya jika seorang anak remaja yang tidak dekat dengan keluarganya khususnya dengan orang tua, maka hal tersebut akan mengakibatkan sedermasi ini kesepian di dalam keluarga dan berefek mencari keramaian di luar yaitu pergaulan. Dan biasanya ketika tidak ada hubungan yang erat antara orang tua dan anak cenderung remaja tersebut akan terlibat dalam hubungan seksual sebelum adanya ikatan pernikahan.
2) Aspek pergaulan
      Bagi remaja seorang teman adalah satu kebutuhan yang lumayan pokok atau penting, sehingga tidak heran jika teman akan dianggap sebagai orang tua kedua bagi remaja tersebut. Dalam lingkungan pergaulan remaja kita akan menemukan kelompok teman sebaya. Dan memungkinkan untuk membawa kita ke arah yang lebih positif maupun negatif. Poin positifnya yaitu terdapat saluran aspirasi, kreasi, pematangan kemampuan potensi, dan kebutuhan lainnya yang merupakan output dari pendidikan orang tua di rumahnya. Namun jika salah memilih pergaulan akan mengakibatkan atau mendorong remaja tersebut kepada hal - hal yang negatif pula.
3) Aspek media massa
      Dampak yang ditimbulkan oleh adanya media massa atau teknologi pada zaman sekarang sangat beraneka ragam, diantaranya yaitu terjadi perilaku yang menyimpang dari norma - norma sosial atau nilai - nilai budaya yang ada. Pengaruh media massa baik televisi, handphone, atau internet seringkali disalahgunakan oleh oknum remaja dalam berperilaku di kehidupan sehari - harinya. Misalnya ketika ada seorang remaja yang melihat tontonan kebudayaan Barat, seperti masalah seks yang sudah biasa mereka lakukan di luar sana maka akan dicontoh pula oleh remaja Indonesia khususnya. Padahal seperti yang kita tahu itu sangat bertolak belakang terhadap nilai norma - norma yang budaya Indonesia punya.
      Kenakalan remaja ialah permasalahan yang selalu selalu punya daya tarik untuk dikaji, sebab pada belakangan tahun terakhir, kenakalan seakan jadi permasalahan nasional karena peningkatannya yang signifikan, variasi maupun intensitasnya. (Sahrudin, 2017). Memang jika ditinjau lagi secara umum bukan lagi menjadi rahasia bahwa pergaulan remaja atau siswa -- siswi sekarang pada era digital sudah sampai kepada pergaulan bebas yang memiliki banyak resiko dan belum mereka sadari. Dan seperti yang dikatakan tadi di awal bahwa salah satu yang dapat dikatakan sangat fatal yaitu melakukan hubungan seksual di luar adanya ikatan pernikahan.
      Pernyataan di atas dapat dibuktikan melalui penelitian yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan provinsi Jawa Barat pada tahun 2005, dan didapatkan hasil bahwa di Indonesia bahwa remaja secara terbuka telah menyatakan secara jujur karena telah melakukan seks pranikah atau seks bebas. Terdapat data yang terlampir tentang presentasi pada setiap daerahnya, seperti Jabodetabek 51%, Bandung 54%, Surabaya 47%, dan Medan 52%. Menurut data yang terlampir setiap tahun diperkirakan 15 juta remaja yang berusia 15 hingga 19 tahun melahirkan baik yang dikandungnya.
4 juta yang melakukan aborsi dan hampir kurang lebih 100 juta yang terinfeksi penyakit menular seksual. Dan ditemukan juga data bahwa secara keseluruhan 40% dari semua kasus infeksi HIV, terjadi pada kaum muda dan diperkirakan bahwa setiap harinya ada 7.000 remaja yang terinfeksi HIV. Risiko ini sangat berpengaruh terhadap beberapa faktor yang saling berhubungan yaitu tuntutan untuk kawin muda dan hubungan seksual, minimnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, ketidaksetaraan gender, kekerasan seksual hingga pengaruh media masa yang menunjukkan gaya hidup populer.
      Lalu terdapat juga hasil survei yang dilakukan oleh komisi nasional perlindungan anak pada tahun 2008 yang dilakukan di 33 provinsi di Indonesia, ditemukan hasil bahwa 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA juga pernah melakukan genital stimulation atau meraba alat kelamin dan oral seks. Serta terdapat juga 62,7% remaja SMP dan SMA mengatakan tidak lagi perawan dan 21,2% jadi mereka mengaku telah atau pernah melakukan aborsi karena perbuatan mereka sendiri yaitu pergaulan yang tidak sehat khususnya seks bebas. (BKKBN, 2010).Â
Dan hasil survei yang dilakukan oleh badan kependudukan dan keluarga berencana nasional, yaitu pada tahun 2010 didapatkan sekitar kurang lebih 51% remaja di wilayah Jabodetabek sudah tidak lagi perawan. Sebanyak 4% dari responden atau mereka ini mengaku melakukan hubungan seksual sejak usia 16 hingga 18 tahun, dan 16% dari mereka melakukannya pada usia 13 hingga 15 tahun. Perilaku seks bebas di kalangan remaja sangat berdampak pada kasus infeksi penularan HIV atau AIDS yang cenderung berkembang di Indonesia.Â
Sedangkan tempat favorit untuk melakukan hubungan seksual adalah di rumah ditemukan data sebanyak 40%, di tempat kos 30%, dan hotel 30%. Â Awal yang dapat menyebabkan mereka melakukannya adalah bisa melalui dengan menonton video porno bersama pacar dan kemudian melakukan hal tersebut. Atau memang diminta apa cara untuk melakukan seks namun awalnya menolak tetapi lama-kelamaan ia luluh dan menyetujui dan akhirnya menjadi ketagihan.
      Menurut Nadirah ciri - ciri pergaulan bebas secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Menghamburkan harta agar memenuhi keinginan seks bebasnya
b. Berupaya untuk mendapatkan harta dan uang dengan mengalahkan segala cara meski dengan cara yang keji
c. Menimbulkan perilaku berbohong dalam masyarakat
d. Memiliki rasa ingin tahu yang besar tetapi lebih ke arah yang negatif
e. Memiliki rasa ingin mencoba dan merasakan hal tersebut
f. Akan terjadi perubahan - perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan serta tanggung jawab dan amanah yang dijalani
g. Akan mudah mengalami kegelisahan, pikiran yang tidak tenang, tidak sabar, emosi yang tidak bisa dikontrol, rasa malas merajalela, selalu ingin melawan, memiliki perubahan dalam keinginan, akan menunjukkan eksistensi dan kebanggaan diri
h. Kesukaran akan muncul karena konflik atas keinginannya menjadi dewasa dan berdiri sendiri serta keinginan dalam perasaan aman sebagai seorang anak remaja dalam keluarganya
i. Akan mengalami tekanan mental
      Terdapat juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Yati purnama pada tahun 2020 bahwa, penelitian yang ya gunakan Dengan metode wawancara telah menghasilkan bahwa responden menyebutkan alasan melakukan hubungan seksual atau seks bebas itu terdapat faktor internal karena pelaku sering diajak untuk melihat film porno atau film biru atau diajak untuk melakukan hubungan badan oleh kekasihnya. Gaya pacaran yang bebas pun bisa menjadi faktor penyebab terjadinya pergaulan bebas. Dan terdapat juga statement bahwa teman bisa memengaruhi, atau kekasih yang sering mengajak untuk melakukan seks sebagai bukti cinta dan kasih sayang. Dan faktor lainnya yaitu kita ini berada di era digital yang di mana sangat memerlukan kontrol diri yang tepat agar tidak terbawa arus perubahan dalam kehidupan pergaulan bebas atau seksual terutama. Perubahan ini ditandai dengan semakin mudah media untuk menyajikan topik yang berkaitan dengan masalah kehidupan seksual, semakin juga meluasnya penyebaran penyakit -- penyakit yang dikeluarkan secara seksual. (Ni Kadek, 2018). Dan berikut akan dibahas secara rinci penyebab terjadi pergaulan yang tidak sehat di kalangan remaja khususnya di era digital ini:
a. Sikap mental remaja yang tidak sehat
      Sesuai dengan nama pergaulan yaitu pergaulan tidak sehat, maka minta remaja yang mengalaminya pun akan tidak sehat karena membuat remaja ini merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya perlahan akan menjerumuskan nya ke dalam hal yang negatif. Hal ini disebabkan karena adanya ketidakstabilan emosi karena dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian tidak sewajarnya karena pembentukan kepribadian yang dibangun oleh keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, memaksakan kehendak, serta tidak mengajarkan keimanan yang kuat bagi anak remaja tersebut
b. Pelampiasan rasa kekecewaan mereka akan suatu hal
      Bisa saja ketika seorang remaja ini mengalami atau melakukan pergaulan yang salah sebenarnya remaja ini sedang melampiaskan rasa kekecewaannya, yang bisa dikarenakan orang tua yang bersifat otoriter atau sebaliknya yaitu terlalu membebaskan.
c. Gagalnya penerapan norma kehidupan
      Karena telah masuk ke dalam era globalisasi dan semakin banyak informasi - informasi mengenai kehidupan westernisasi maka lambat laun norma-norma yang sudah ada di Indonesia ini akan tergeserkan.
      Terdapat juga dampak negatif yang lebih rinci nya yaitu diantanya sebagai berikut:
a. Dampak yang timbul bagi kesehatan
      Jika mengutip pendapat dari Burhanuddin Latif jenis penyakit yang muncul karena hubungan seksual yaitu:
1) Peradangan uretra yang tidak spesifik
2) Kencing nanah
3) Kutil alat genital (condiloma acuninata)
4) Jamur kondidah pada alat genital (candidosis genetalis)
5) Herpes alat genital
6) Sifilis
7) Trichomonisasis
8) Bubo kelenjar limfe inguinal
      Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Fathi yaitu:
1) Raja singa atau sipilis
Penyakit ini merupakan sejenis penyakit yang timbul karena kuman. Cara penularannya yaitu melalui hubungan seksual yang diharamkan.
2) Kencing nanah
Memang penyakit ini relatif tidak berbahaya jika dibandingkan dengan sifilis namun kencing Nana ingin muncul karena hubungan seksual yang disebabkan karena pergaulan bebas atau pergaulan tidak sehat.
b. Dampak yang timbul bagi psikis
      Fenomena pergaulan tidak sehat sudah pasti akan menimbulkan konsekuensi psikologis dan resiko-resiko kejiwaan yang sangat sulit diobati dengan terapi teknologi kesehatan. Karena perbulan tanpa batas jika dilihat dari sudut pandang Islam juga jelas - jelas sudah tidak dibenarkan walau ditinjau dari sudut manapun. Pergaulan tidak sehat ini akan menurunkan martabat bagi remaja yang melakukannya, selain itu ia sudah menjual masa depannya dengan harga yang murah meski memang masa depan itu tidak bisa dibeli oleh apapun. Dan seperti kita tahu pergeseran pandangan remaja modern terhadap seks bebas merupakan konsekuensi psikis yang akan didapat, selain itu akan menimbulkan perilaku yang menyimpang dan di luar batas kewajaran, serta pergaulan bebas ini merupakan awal dari kesesatan selanjutnya.
      Dampak psikologis yang pada umumnya terjadi setelah melakukan pergaulan bebas yaitu akan muncul rasa bersalah, menyesal, malu, kesepian, sedih, marah, stres, membenci diri sendiri, sulit tidur, kehilangan konsentrasi, takut akan hukuman dari Tuhan, takut akan hukuman sosial yang diberikan oleh sekitar, sulit untuk mempertahankan hubungan kedepannya.
c. Dampak yang timbul bagi masyarakat
      Dampak yang terjadi bagi masyarakat, ini meliputi hancurnya keluarga dan rusaknya kesatuan masyarakat, dapat mengakibatkan juga putusnya hubungan silaturahmi.
      Definisi remaja sendiri jika dilihat dari beberapa sumber adalah World health organization (WHO) sudah mengategorikan remaja termasuk kepada penduduk yang masih tergolong dalam rentan usia 10 hingga 19 tahun. Lalu jika ditinjau menurut departemen kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014, remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 18 tahun. Berbeda halnya menurut badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) remaja yaitu mereka yang digolongkan dalam usia 10 hingga 24 tahun dan berstatus belum menikah. Jika dilansir dari badan pusat statistik, remaja yang ada di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40 juta jiwa. Dan secara otomatis juga tantangan terbesar yang dihadapi oleh negara Indonesia adalah seks pranikah, pernikahan dini, pergaulan bebas, dan semua perilaku buruk, ditambah dengan pada masa kini yang termasuk dalam era digital. Maka akan saat menjadi tantangan yang berat bagi negara Indonesia sendiri.
      Perilaku seksual pada remaja ini dipengaruhi oleh banyak hal, terdapat faktor kebudayaan, kurangnya pengetahuan, media massa, pengalaman pribadi individu tersebut, emosi yang belum stabil yang terbentuk dalam diri remaja, dan masih banyak hal yang menjadi faktor mengapa bisa terjadi pergaulan bebas atau pergaulan tidak sehat ini pada era digital. Maka dari itu langkah awal yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan edukasi, atau pengetahuan kepada para remaja yang ada di Indonesia ini. Memanglah tidak mudah ku tak bisa menghilangkan secara steril perilaku -- perilaku yang menyimpang tersebut. Namun tidak ada salahnya untuk kita mencoba langkah awal yang sederhana dalam mengedukasi mereka, bisa melalui pendidikan formal atau pada masa sekolah. Karena tidak sedikit permasalahan remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi seringkali berawal dari kurangnya informasi dan pengetahuan mereka serta pemahaman dan kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi.
      Sebenarnya badan kependudukan dan keluarga berencana nasional sudah mensosialisasikan program generasi berencana di sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, dan menargetkan program ini di tingkat sekolah menengah pertama atau SMP. Program ini bertujuan untuk mengembangkan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dengan melalui pemahaman atau wawasan tentang pendewasaan usia perkawinan agar mereka dapat lanjutkan jenjang pendidikan secara terencana, karir dalam pekerjaan juga terencana, hingga menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi. Program generasi berencana mengajarkan para remaja agar menjauhi pernikahan dini, penyalahgunaan narkoba, melakukan kegiatan seksual diluar nikah, dan membentuk remaja yang kuat dalam menghadapi perubahan yang ada di era digital ini. (BKKBN, 2013).
      Hasil yang sudah didapat dengan adanya sosialisasi atau pemberian informasi mengenai pentingnya menjaga alat reproduksi kepada remaja, akan memberikan dampak yang positif. Mereka akan lebih selektif dengan pergaulan pergaulan yang mereka pilih, bisa membentengi diri meski dalam era digital ini sangat mudah sekali untuk kita bisa mengakses sesuatu yang memancing kita untuk melakukan perilaku-perilaku tercela, yaitu menonton film biru. (Ardiansa. Budi. Adisti, 2022).
      Tantangan selanjutnya yang menjadi permasalahan remaja adalah lingkungan pergaulan yang mereka pilih. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga lingkungan keluarga atau yang lebih utama adalah orang tua adalah salah satu aspek penting yang harus berperan dalam kondisi seperti ini. Karena memang peran keluarga ini sangat dibutuhkan, seperti melakukan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua dalam hal apapun tidak hanya sekedar tentang pergaulan bebas. Karena orang tua adalah lingkungan primer dalam hubungan yang paling intensif, maka memang seharusnya pemberian pengetahuan atau edukasi ini berawal dari orang tua. Ketika orang tua belum mampu mengkomunikasikan mengenai pendidikan atau wawasan seputar seks maka akan berdampak pada perilaku remaja seksual yang berisiko. Namun sebaliknya jika orang tua sudah berhasil mengomunikasikan dan memberikan edukasi maka anak-anak cenderung bisa mengontrol perilaku seksualnya sesuai dengan pemahaman yang telah diberikan. (Linda, 2010).
      Peran teman sebaya atau yang umum dikatakan lingkungan pergaulan individu juga tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Karena remaja mempunyai kecenderungan yang sangat tergantung oleh sekitarnya atau teman - teman sebayanya, apabila ditambah dengan tidak ada kedekatannya dengan keluarga maka akan cenderung lebih memiliki permasalahan dalam perilaku yang menyimpang. Karena teman atau sahabat sebaya adalah seseorang yang berada pada usia yang sama dan antara mereka biasanya akan terjalin keakraban. Maka tidak heran jika peran teman atau lingkungan pergaulan itu sangat besar dalam kehidupan remaja sehari -- hari. Selain itu yang termasuk kepada lingkungan sehari -- hari nya itu adaah guru atau orang tua saat di sekolah. Ini pun merupakan salah satu elemen penting yang harus mendorong agar remaja mempunyai pemikiran yang positif dan jernih agar terhindar dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sehat seperti yang sekarang sedang marak terjadi di era digital. Namun perlu diketahui bahwa sate individu memandang beda terhadap pergaulan bebas. Pasti akan tetap saja ada yang memiliki pandangan lain dengan berbagai alasan dan opini yang mereka yakini.
      Berbicara mengenai pergaulan bebas yang ada di era digital ini, sebenarnya era digital yang muncul tidak hanya menimbulkan dampak negatif seperti pergaulan yang tidak sehat itu namun juga memberikan beberapa dampak positif. Karena teknologi sudah semakin berkembang dan maju maka memudahkan interaksi antar individu tanpa terbataskan oleh jarak dan waktu. Namun tetap saja di balik semua kebaikan pasti akan ada hal negatif yang ikut muncul. Seperti yang kita ketahui jika kita tidak bisa membentengi diri maka kemajuan teknologi tersebut akan dijadikan sebagai tempat atau media yang disalahgunakan.
      Selain itu dampak positif yang terjadi karena adanya era digital ini sangat banyak termasuk di berbagai bidang. Contohnya jika melihat dalam ranah kewirausahaan maka radikal ini dapat dengan mudahnya meningkatkan kepuasan konsumen, aplikasi untuk menunjang bisnis. Dan ketika ada dilihat dari ranah teknologi maka akan menimbulkan beberapa dampak positif juga seperti dapat mempersingkat proses berbagai informasi yang tidak terikat jarak dan waktu, pekerjaan akan menjadi lebih mudah lebih efektif dan lebih efisien, sistem pembelajaran dapat dilakukan secara online jika ada suatu halangan. Selain itu terjadinya keterbukaan informasi, pariwisata berkembang dengan cepat karena adanya pembagian informasi yang menyebar, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan masih banyak lagi.
      Dalam teori patologi sosial sejarah mencatat bahwa masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, industrialisasi dan urbanisasi. Hal ini mampu memberikan berbagai alternatif kemudahan bagi kehidupan manusia dan dapat menimbulkan kesulitan untuk beradaptasi dalam hal tersebut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa jika terjadi kesulitan akan beradaptasi maka akan menyebabkan kebingungan, kecemasan, serta konflik-konflik. Baik yang bersifat internal dalam batinnya atau bersifat eksternal sehingga manusia cenderung banyak melakukan perilaku yang menyimpang ini dan dapat merugikan orang lain. Hal ini dapat dikatakan sebagai pertarungan tali yang melahirkan apa yang dinamakan dengan patologi sosial. (Nadirah, 2017)
      Patologi sosial merupakan ilmu mengenai gejala-gejala sosial yang dianggap "sakit" yang disebabkan oleh beberapa faktor -- faktor sosial. Jadi ilmu tentang "penyakit masyarakat". Maka penyakit masyarakat ini dianggap segenap tingkah laku manusia yang tidak sesuai, yaitu melanggar norma -- norma umum dan adat istiadat daerah setempat, serta tidak integrasinya dengan tingkah laku umum. Gejala-gejala tersebut merupakan yang disebut dengan masalah sosial. Masalah sosial ini adalah salah satu masalah yang merusak keharmonisan dan keutuhan di berbagai nilai ataupun norma - norma dasar kehidupan sosial. Karena realita kehidupan sekarang, sudah banyak masalah sosial yang merusak nilai - nilai moral, susila dan adat luhur religius, norma-norma hukum yang ada, baik hukum yang tertulis maupun tidak tertulis. (Burlian, 2022)
      Jika kini kita melihat secara umum, dan dari sisi pendidikan ada beberapa hal yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena -- fenomena yang telah dijelaskan dari awal dalam era digital ini. Karena perkembangan merupakan pola gerakan dinamis yang seyogyanya memang akan dijalani oleh manusia, jika ditinjau dari sejak perkembangan pra-natal hingga kini memasuki fase remaja. Jika kita menanggapi hal ini dalam ranah pendidikan, maka hal yang bisa kita lakukan yang pertama adalah dengan mengedukasi  dan menanamkan nilai atau norma - norma yang berlaku di negara ini, termasuk norma agama juga yang mereka anut. Jadi tidak hanya dalam lingkungan keluarga mereka mendapatkan edukasi informasi seperti ini, namun dalam keadaan pendidikan pun mereka mendapatkan pengertian tentang hal itu. Selanjutnya bisa dengan mensosialisasikan bahaya atau dampak apa yang akan terjadi bila mereka melakukan pergaulan yang tidak sehat mengingat pada masa sekarang sangat mudah untuk mereka melakukan hal tersebut.
      Dengan kita mengedukasi apa dampak atau bahaya yang terjadi apabila mereka melakukannya, setidaknya akan tertanam peristiwa apa yang akan terjadi selanjutnya jika mereka terjerumus ke dalam situ. Selanjutnya dengan menanamkan karakter yang menjunjung tinggi nilai-m - nilai yang sesuai dengan Pancasila atau identitas negara. Agar meski pada zaman sekarang sudah mulai merajalela pengaruh budaya barat, penerus bangsa kita tetap bisa teguh dalam menjalankan norma -- norma negara. Dengan cara kita mencontohkan perilaku terpuji sebagai seorang guru, maka itu sudah termasuk dalam upaya untuk mencegah siswa - siswi terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak sehat. Kita harus menerapkan karakter yang terpuji, atau karakter baik yang dicerminkan melalui perilaku kita sehari -- hari.
      Pemaknaan serta pemahaman yang baik tentang diri dan lingkungan akan didapatkan oleh anak remaja dari seberapa besar ia dapatkan dari faktor lingkungannya. Termasuk dalam lingkungan pendidikan. Anak remaja akan mempelajari perilaku namun tidak melalui percobaan dulu sebelumnya, namun mereka mencerminkan atau melihat perilaku dari apa yang orang lain lakukan. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk menjadi roll model yang bisa memberikan dampak positif bagi mereka. Kita dapat memberikan pengajaran melalui atau menggunakan metode pemecahan masalah yang tepat, agar mereka langsung tergambar akan menjadi seperti apa ketika hal yang tidak sebaiknya dilakukan tetapi mereka lakukan. Lalu setelah itu memberikan alternatif solusi dan mengevaluasi solusi yang mereka pilih. Hal ini dapat membantu anak remaja agar belajar menerima konsekuensi perilaku.
      Jika kita melihat peran kita sebagai orang tua, atau salah satu individu yang sering berinteraksi dengan remaja tersebut maka berikanlah mereka pembelajaran melalui pengamatan atau observasi.  Lalu bisa juga kita melalui pemberian pengertian terhadap mereka, berikanlah keleluasaan untuk mereka bercerita segalanya apa yang sedang mereka rasakan agar kita sebagai orang tua dapat melakukan langkah yang tepat selanjutnya dalam menghadapi keadaan tersebut.
      Berikan kepada mereka perilaku yang dibarengi dengan konsekuensi. Ketika perilaku tersebut mendapatkan konsekuensi yang baik dan menyenangkan, apakah anak remaja cenderung untuk mengikutinya. Serta begitupun sebaliknya, bila perilaku yang diamati tersebut tidak mendapatkan konsekuensi yang positif seperti mendapatkan sanksi atau hukuman, dapat berupa sanksi sosial maupun sanksi yang lainnya maka remaja mengamatinya cenderung tidak akan mengikuti perilaku tersebut.
      Nilai dan norma yang ditanamkan kepada anak remaja penting untuk mereka memahaminya. Karena selain itu kita harus menekankan apa arti atau penting dari nilai yang diajarkan tersebut bagi diri dan lingkungannya. Dalam hal ini tidak hanya karena pendidikan formal ataupun sekolah yang berperan, namun seluruh aspek yang terjalin dalam perkembangan remaja tersebut harus ikut serta. maksudnya itu segala aktivitas pengasuhan baik di rumah ataupun lembaga pendidikan, pergaulan mereka ataupun di masyarakat diharapkan memiliki kesamaan tujuan yaitu agar remaja kita bisa terhindar dari pergaulan yang tidak sehat meski dalam era digital ini. Variabel yang penting dalam pengubahan lingkungan ataupun perilaku. Yaitu perlakuan yang kondusif atau konsisten, agar tercapai dan terwujudnya tujuan tersebut.
      Selanjutnya setelah kita memberikan atau membekali mereka pengetahuan, maka berikanlah kesempatan bagi anak remaja untuk mempraktekkan kemampuan tersebut dengan didampingi dukungan serta bimbingan. Yang depan di sini yaitu orang tua dan pendidik yang harus memberikan atmosfer yang kondusif sehingga anak remaja dapat bebas mengekspresikan pemikiran kritis dan sesuatu yang dipikirkan ataupun dirasakan setelah mereka mendapatkan pembekalan. Buatlah komunikasi terbuka dan diskusi tentang isu - isu tertentu, seperti bijak dalam penggunaan media sosial ataupun teknologi lainnya. Melalui pembiasaan seperti ini, perilaku adaptif akan muncul secara spontan ketika anak remaja telah menemukan kejadian sesuatu yang harus dihadapi.
      Jika kita berbicara mengenai urgensi untuk orang tua dan pihak lembaga pendidikan bekerja sama dalam menghadapi hal ini. jawabannya itu sangat penting, karena peran orang tua dalam pendidikan anak remaja telah didasari banyak pihak sebagai salah satu pilar keberhasilan pendidikan anak remaja yang diberikan oleh lembaga pendidikan. Berbagai hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ketika orang tua berperan lebih terhadap pendidikan anak remaja maka dampak -- dampak positif akan muncul.
      Pada intinya, pergaulan remaja di era digital ini bisa kita bentuk seiring berjalannya waktu. Dengan melibatkan berbagai pihak. Agar bisa melewati masa remaja nya di era digital ini, para remaja harus dibekali dengan wawasan atau pun pengetahuan yang membuat mereka berpikir kritis atas apa yang ingin mereka lakukan. Karena jika dilihat dari sisi positifnya era digital ini juga membawa pengaruh yang sangat baik. Contohnya seperti memudahkan kita dalam berkomunikasi dengan tidak terbatas oleh jarak dan waktu, mencari informasi yang lebih luas, memudahkan kita dalam beraktivitas sehari -- hari, dan lain sebagainya. Namun memang jika kita tidak dibekali pengetahuan dan keimanan yang kuat yang sudah tertanam dalam diri, akan mudah sekali kita terbawa arus negatif. Mengingat dengan dampak yang mudah nya kita dalam mencari informasi atau apapun itu kita dapat menjadi bebas dalam mencari apapun hingga hal -- hal yang negatif, terutama hal yang seperti ini rawan terjadi kepada remaja yang sedang timbul rasa penasaran yang dialaminya.
      Perkembangan zaman yang terjadi akan membawa dampak positif jika kita sebagai sumber daya manusia yang menerimanya bersikap bijaksana dalam menghadapi perubahan tersebut. Bahkan jika kita sudah tepat dalam mengambil keputusan atas perubahan yang terjadi maka akan memberikan keuntungan yang diraih. Karena dampak negatif dapat kita cegah dengan perilaku tepat terutama yang dilakukan oleh remaja di era digital ini.
Referensi:
Ardiansa, A.T. Budi, T. dan Adisti A. (2022). Perilaku Seksual Remaja. Yogyakarta: Jejak Pustaka
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013). Profi Pengendalian Kuantitas Penduduk Jawa Timur. Surabaya: BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2010). Penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Jakarta: BKKBN
Burlian, P. (2022). Patologi sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Heffner, Linda J & Schrust DJ. (2010). At a glance sistem reproduksi. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series
Karniyanti, Ni Kadek dan Made Diah Lestari. (2018). Peran Kontrol Diri dan Asertivitas pada Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Akhir Perempuan di Bangli. Jurnal Psikologi Udayana. Vol. 5 No. 1 72-85
Nadirah, S. (2017). Peranan Pendidikan Dalam Menghindari Pergaulan Bebas Anak Usia Remaja. Musawa: Journal for Gender Studies, 9(2), 309-351.
Purnasari, P. D., & Sadewo, Y. D. (2021). Strategi pembelajaran pendidikan dasar di perbatasan pada era digital. Jurnal basicedu, 5(5), 3089-3100.
Purnama, Y. (2020). Faktor penyebab seks bebas pada remaja. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(2), 156-163.
Sahrudin, S. (2017). Peran Konsep Diri, Religiusitas, dan Pola Asuh Islami terhadap Kecenderungan Perilaku Nakal Remaja Di Cirebon. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(1), 50--62.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H