Mohon tunggu...
Ghina ZFirdausi
Ghina ZFirdausi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang melakukan studi S1 jurusan bimbingan dan konseling di Universitas Pendidikan Indonesia

Memiliki hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Pergaulan Tidak Sehat Remaja di Era Digital

4 November 2023   00:37 Diperbarui: 4 November 2023   00:37 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Fenomena pergaulan tidak sehat sudah pasti akan menimbulkan konsekuensi psikologis dan resiko-resiko kejiwaan yang sangat sulit diobati dengan terapi teknologi kesehatan. Karena perbulan tanpa batas jika dilihat dari sudut pandang Islam juga jelas - jelas sudah tidak dibenarkan walau ditinjau dari sudut manapun. Pergaulan tidak sehat ini akan menurunkan martabat bagi remaja yang melakukannya, selain itu ia sudah menjual masa depannya dengan harga yang murah meski memang masa depan itu tidak bisa dibeli oleh apapun. Dan seperti kita tahu pergeseran pandangan remaja modern terhadap seks bebas merupakan konsekuensi psikis yang akan didapat, selain itu akan menimbulkan perilaku yang menyimpang dan di luar batas kewajaran, serta pergaulan bebas ini merupakan awal dari kesesatan selanjutnya.

            Dampak psikologis yang pada umumnya terjadi setelah melakukan pergaulan bebas yaitu akan muncul rasa bersalah, menyesal, malu, kesepian, sedih, marah, stres, membenci diri sendiri, sulit tidur, kehilangan konsentrasi, takut akan hukuman dari Tuhan, takut akan hukuman sosial yang diberikan oleh sekitar, sulit untuk mempertahankan hubungan kedepannya.

c. Dampak yang timbul bagi masyarakat

            Dampak yang terjadi bagi masyarakat, ini meliputi hancurnya keluarga dan rusaknya kesatuan masyarakat, dapat mengakibatkan juga putusnya hubungan silaturahmi.

            Definisi remaja sendiri jika dilihat dari beberapa sumber adalah World health organization (WHO) sudah mengategorikan remaja termasuk kepada penduduk yang masih tergolong dalam rentan usia 10 hingga 19 tahun. Lalu jika ditinjau menurut departemen kesehatan Republik Indonesia nomor 25 tahun 2014, remaja adalah mereka yang berusia 10 hingga 18 tahun. Berbeda halnya menurut badan kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) remaja yaitu mereka yang digolongkan dalam usia 10 hingga 24 tahun dan berstatus belum menikah. Jika dilansir dari badan pusat statistik, remaja yang ada di Indonesia saat ini berjumlah kurang lebih 40 juta jiwa. Dan secara otomatis juga tantangan terbesar yang dihadapi oleh negara Indonesia adalah seks pranikah, pernikahan dini, pergaulan bebas, dan semua perilaku buruk, ditambah dengan pada masa kini yang termasuk dalam era digital. Maka akan saat menjadi tantangan yang berat bagi negara Indonesia sendiri.

            Perilaku seksual pada remaja ini dipengaruhi oleh banyak hal, terdapat faktor kebudayaan, kurangnya pengetahuan, media massa, pengalaman pribadi individu tersebut, emosi yang belum stabil yang terbentuk dalam diri remaja, dan masih banyak hal yang menjadi faktor mengapa bisa terjadi pergaulan bebas atau pergaulan tidak sehat ini pada era digital. Maka dari itu langkah awal yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan edukasi, atau pengetahuan kepada para remaja yang ada di Indonesia ini. Memanglah tidak mudah ku tak bisa menghilangkan secara steril perilaku -- perilaku yang menyimpang tersebut. Namun tidak ada salahnya untuk kita mencoba langkah awal yang sederhana dalam mengedukasi mereka, bisa melalui pendidikan formal atau pada masa sekolah. Karena tidak sedikit permasalahan remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi seringkali berawal dari kurangnya informasi dan pengetahuan mereka serta pemahaman dan kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi.

            Sebenarnya badan kependudukan dan keluarga berencana nasional sudah mensosialisasikan program generasi berencana di sejumlah wilayah yang ada di Indonesia, dan menargetkan program ini di tingkat sekolah menengah pertama atau SMP. Program ini bertujuan untuk mengembangkan penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja dengan melalui pemahaman atau wawasan tentang pendewasaan usia perkawinan agar mereka dapat lanjutkan jenjang pendidikan secara terencana, karir dalam pekerjaan juga terencana, hingga menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi. Program generasi berencana mengajarkan para remaja agar menjauhi pernikahan dini, penyalahgunaan narkoba, melakukan kegiatan seksual diluar nikah, dan membentuk remaja yang kuat dalam menghadapi perubahan yang ada di era digital ini. (BKKBN, 2013).

            Hasil yang sudah didapat dengan adanya sosialisasi atau pemberian informasi mengenai pentingnya menjaga alat reproduksi kepada remaja, akan memberikan dampak yang positif. Mereka akan lebih selektif dengan pergaulan pergaulan yang mereka pilih, bisa membentengi diri meski dalam era digital ini sangat mudah sekali untuk kita bisa mengakses sesuatu yang memancing kita untuk melakukan perilaku-perilaku tercela, yaitu menonton film biru. (Ardiansa. Budi. Adisti, 2022).

            Tantangan selanjutnya yang menjadi permasalahan remaja adalah lingkungan pergaulan yang mereka pilih. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga lingkungan keluarga atau yang lebih utama adalah orang tua adalah salah satu aspek penting yang harus berperan dalam kondisi seperti ini. Karena memang peran keluarga ini sangat dibutuhkan, seperti melakukan komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua dalam hal apapun tidak hanya sekedar tentang pergaulan bebas. Karena orang tua adalah lingkungan primer dalam hubungan yang paling intensif, maka memang seharusnya pemberian pengetahuan atau edukasi ini berawal dari orang tua. Ketika orang tua belum mampu mengkomunikasikan mengenai pendidikan atau wawasan seputar seks maka akan berdampak pada perilaku remaja seksual yang berisiko. Namun sebaliknya jika orang tua sudah berhasil mengomunikasikan dan memberikan edukasi maka anak-anak cenderung bisa mengontrol perilaku seksualnya sesuai dengan pemahaman yang telah diberikan. (Linda, 2010).

            Peran teman sebaya atau yang umum dikatakan lingkungan pergaulan individu juga tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Karena remaja mempunyai kecenderungan yang sangat tergantung oleh sekitarnya atau teman - teman sebayanya, apabila ditambah dengan tidak ada kedekatannya dengan keluarga maka akan cenderung lebih memiliki permasalahan dalam perilaku yang menyimpang. Karena teman atau sahabat sebaya adalah seseorang yang berada pada usia yang sama dan antara mereka biasanya akan terjalin keakraban. Maka tidak heran jika peran teman atau lingkungan pergaulan itu sangat besar dalam kehidupan remaja sehari -- hari. Selain itu yang termasuk kepada lingkungan sehari -- hari nya itu adaah guru atau orang tua saat di sekolah. Ini pun merupakan salah satu elemen penting yang harus mendorong agar remaja mempunyai pemikiran yang positif dan jernih agar terhindar dari pergaulan bebas atau pergaulan yang tidak sehat seperti yang sekarang sedang marak terjadi di era digital. Namun perlu diketahui bahwa sate individu memandang beda terhadap pergaulan bebas. Pasti akan tetap saja ada yang memiliki pandangan lain dengan berbagai alasan dan opini yang mereka yakini.

            Berbicara mengenai pergaulan bebas yang ada di era digital ini, sebenarnya era digital yang muncul tidak hanya menimbulkan dampak negatif seperti pergaulan yang tidak sehat itu namun juga memberikan beberapa dampak positif. Karena teknologi sudah semakin berkembang dan maju maka memudahkan interaksi antar individu tanpa terbataskan oleh jarak dan waktu. Namun tetap saja di balik semua kebaikan pasti akan ada hal negatif yang ikut muncul. Seperti yang kita ketahui jika kita tidak bisa membentengi diri maka kemajuan teknologi tersebut akan dijadikan sebagai tempat atau media yang disalahgunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun