Mohon tunggu...
Ghian SeptaArdianti
Ghian SeptaArdianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak Muda Berkreasi

Universitas Andalas Anak Muda Berkreasi Sastra Bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Duka Di Balik Pusara

26 Februari 2021   08:45 Diperbarui: 26 Februari 2021   11:03 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

                            Duka di Balik Pusara

                                           Oleh:

                           Ghian Septa Ardianti

Air mata yang tak terbendung

Seketika melihat wanita itu terbujur

di tengah keramaian orang yang menunduk

Tubuh yang terasa kaku dan raga yang 

terasa dingin sudah mulai tampak pucat

Ingin sekali tangan ini menyentuh

dan meraba tubuh kaku itu

Namun hati tidak sanggup

air bening itu selalu menetes

membasahi permukaan muka lesu ku

Tangis pun mulai memuncak

di saat kereta hijau itu mulai berjalan 

menitih di atas pelupuk mata ku

Tubuh terasa bergetar

bibir pun terasa dibungkam 

ketika menyaksikan

penumpang kereta itu di lantunkan nyanyian

syahdu 

Nyanyian yang begitu menyayat sebahagian

hati dan jiwa ku.

Aku hanya dapat melihat langit langit 

kereta itu

Langkah kaki yang semakin surut 

nada suara yang mulai memelan

Hanya nyanyian kecil yang dapat di mainkan

oleh bibir ku

Tiba lah saat nya kereta hijau itu berhenti

di tempat pemberhentian terakhirnya

Ku pandangi tubuh pucat yang di baluti

gaun putih itu di paksa turun dari ketera 

hijaunya

Langkah demi langkah 

dia mulai dibawa jauh dari kereta nya itu

menuju sebuah lubang kecil yang begitu 

amat gelap

Tubuh itu mulai tidak tampak di permukaan

tanah merah yang bertumpuk

Tubuh hangat yang selalu mendekap akan

tubuh mungil ku di kubur di depan mata ku

Seketika aku tersimpuh di atas pusara itu

Tangan ku mulai menggenggam tanah merah

yang bertumpuk  dan berhias kan akan 

kembang kembang yang begitu amat indah

Tertanam sebuah plang putih yang bertuliskan 

atas namanya

Para pengemudi kereta itu mulai menjauh

Meninggalkan penumpangnya di tengah

tengah ribuan pusara yang sudah mulai tampak

menua dan di tumbuhi rumput rumput liar

Dari kejauhan ku pandang pusara muda itu

begitu indah dengan taburan kembang nya

Namun tetap saja ada duka di balik pusara itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun