Mohon tunggu...
Ghania Zhafira
Ghania Zhafira Mohon Tunggu... Lainnya - XI MIPA 4 (14)

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cerpen: The God of Love

23 November 2020   16:00 Diperbarui: 23 November 2020   19:12 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Eros …?”

“Iya, ini aku.” Eros mengangkat wajahnya dan tersenyum. “Sudah lama sekali, ya?”

“Apa? Bagaimana… Ke mana saja kamu selama ini?”

Eros tertawa kecil. “Maaf, ternyata butuh waktu cukup lama untuk menjalankan semua tugas dari ibuku agar aku bisa meyakinkannya untuk menikahimu. Mungkin dia masih kurang setuju sampai sekarang … tapi dia harus memenuhi janjinya. Psyche, sebelum terlambat, katakan padaku, apakah kamu mau pergi bersama denganku?”

Psyche menggeleng tidak mengerti. “Tidak, tunggu. Aku tidak mengerti apa maksudmu.”

“Kamu bilang, kamu ingin mengubah dunia ini menjadi penuh cinta dan perdamaian, bukan? Aku bisa membantumu untuk mewujudkannya. Bukankah sedari awal kamu sudah tahu, bahwa aku adalah dewa cinta dan bukan hanya sekedar antek-antek Zeus? Kamu hanya berpura-pura tidak tahu. Maka dari itu, pergilah bersamaku, kita akan hidup bersama dan mewujudkan impian mulia kita.”

Gadis itu menatap Eros dengan kaget. Tentu saja Psyche tahu, semua terlalu jelas. Sayap dan panah, dua hal yang amat menggambarkan sosok dewa cinta dalam sejarah. “Tidak bisa, kamu lihat setelah ini aku akan menikah dengan orang lain. Kalau kamu datang lebih cepat beberapa hari, mungkin masih bisa–“

“Siapa peduli? Aku adalah seorang dewa, Psyche. Bila kamu ikut denganku, kamu akan menjadi salah satunya. Kamu akan bebas.”

Bebas. Kata yang sedari dulu selalu Psyche lafalkan dalam bibirnya dan ia mimpikan dalam tidurnya, namun tak pernah berhasil ia wujudkan dalam hidupnya.

“Psyche! Ada apa?! Kenapa Ibu mendengar suara pecahan kaca?!” Teriakan ibunya di luar pintu menyadarkan Psyche. Orangtuanya tidak pernah peduli dengan kebahagaiaannya dan bahkan mengurungnya untuk kepentingan derajat mereka. Maka ketika dia menerima tawaran agar bisa hidup bebas, mampukah Psyche menolak? Sekarang atau tidak sama sekali.

Tanpa berpikir dua kali, Psyche menyambut uluran tangan Eros, membuat dewa cinta itu tersenyum senang. Tubuh mereka berdua perlahan menghilang di balik sayap putih Eros, beriringan dengan sinar matahari yang menyilaukan mata, ketika Ibu Psyche membuka kunci pintu kamar anaknya dan hanya menemukan kekosongan di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun