Mohon tunggu...
Ghania Zhafira
Ghania Zhafira Mohon Tunggu... Lainnya - XI MIPA 4 (14)

SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Cerpen: The God of Love

23 November 2020   16:00 Diperbarui: 23 November 2020   19:12 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ah, itu.” Eros sedikit bingung untuk menjawabnya. “Yah, sudah hampir selesai, kurasa.”

“Baguslah.”

Pikiran Eros kembali melayang ke pertemuan pertama mereka. Pada akhirnya, dia tidak sanggup memanah Psyche tanpa alasan. Baginya, Psyche terlihat seperti gadis malang yang tidak pernah memiliki kebebasan dalam hidupnya. Maka saat kembali ke Olympus, Eros berbohong pada Aphrodite dengan mengatakan bahwa panahnya rusak saat tengah terbang, yang untungnya berhasil.

“Bicara tentang Zeus, aku jadi penasaran bagaimana rasanya menjadi seorang dewa,” sahut Psyche tiba-tiba. “Pasti asyik. Bisa memiliki kekuatan luar biasa, memiliki kuil, orang-orang yang mencintaimu…”

Eros merasa tertarik dengan hal itu. “Oh, ya? Kalau bisa menjadi dewa, kamu mau menjadi dewa apa?”

“Dewa cinta, tentu saja.” Psyche menjawab tanpa ragu, tidak menyadari raut terkejut Eros. “Pasti menyenangkan rasanya bisa melihat 2 orang yang saling jatuh cinta, seakan-akan kamu ikut berperan dalam kisah mereka. Atau melihat keluarga yang saling menyayangi tanpa syarat, aku ingin bisa melihat seluruh cinta itu sepanjang hidupku.”

“Hanya karena itu?” Psyche menoleh bingung ke arah Eros karena ucapannya. “Asal kamu tahu, dewa cinta memiliki 2 panah, panah cinta dan panah benci. Bukan hanya membuat orang-orang saling mencintai, kamu juga bisa membuat mereka saling membenci.”

“Justru bagus kalau seperti itu,” jawab Psyche bersemangat. “Kalau aku punya panah benci, akan kubakar atau kurusak panah itu, tidak akan pernah kugunakan. Aku hanya akan menggunakan panah cintaku saja, dengan begitu tidak akan ada perang, perkelahian, pembunuhan, dan segala perbuatan jahat lainnya. Dunia ini akan penuh dengan cinta dan perdamaian.”

Hening sejenak, sebelum Eros tiba-tiba saja tertawa keras. “Sayangnya, dunia ini tidak senaif pikiranmu.”

Saat Psyche hendak protes, Eros langsung berdiri sembari mengambil busurnya. Dia mengacak-acak rambut Psyche dan tersenyum tipis. “Suatu hari nanti, kamu akan mengerti. Kita tidak akan bertemu dulu untuk beberapa saat karena aku harus fokus menyelesaikan tugasku. Setelah selesai, kupastikan aku akan datang untuk menjemputmu.”

Itu adalah perkataan terakhir Eros, sebelum pandangan Psyche menjadi gelap. Dan saat gadis itu terbangun di pagi harinya, dia sudah berada di kamarnya seakan tak terjadi apa-apa sebelumnya.

◦◦◦◦◦

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun