"Mbak Sri tidak gila," batinku. "Aku yakin mbak sri memang tidak gila."
aku baru tahu tentang mbakku yang begitu tegar menghadapi cemoohan dari orang. Dia bertahan dengan sikapnya yang aneh. Dia hanya berusaha menangkan perasaanya sendiri dari rasa kecewa dan kekhawatian berlebih.
***
"Kemuning, bangun. sarapan."
kulihat masih ada dua piring di atas meja. kupandangi wajahnya yang sudah ayu dengan balutan gincu  merah.
"Mbak,"
Mbak Sri tersenyum padaku. ia mendekatiku dan merangkulku.
"Mbak Sri nggak gila," bisiknya.
aku hanya tersenyum.
"Mari makan."
kami makan bersama di meja makan kayu buatan almarhumah bapak. dua piring nasi goreng, untukku dan mbak Sri.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!