"Apa Salahku, kemuning? apa? Aku turuti semua keinginannya, aku turuti semua titahnya. Apa salahku? Mas Jaka!!!"
Wajahnya merah padam. Dia yang tidak terbiasa berteriak hari ini berteriak kencang sekali. Dia marah dalam hati. sebagian tetangga ikut menyaksikan kejadian ini. Mbak Sri sudah lupa malu. Ia bangkit dari duduknya dan pergi ke dapur. terlihat jelas di wajahnya dia amat sedih. Air mata menetes tanpa suara isak tangis. entah apa yang mbak Sri pikirkan. Kuikuti dia ke dapur. Ia memasak sayur yang dia beli tadi pagi.
"Masmu minta dimasakkan sop ayam. kamu suka, kan?" tanyanya.
Aku tak paham maksudnya. yang aku tahu, mas Jaka baru saja pergi meninggalkannya, tapi kenapa dia malah masak? aku hanya manut saja dengan apa yang dia ingin lakukan.
"Iya."
"Masmu akan marah kalau mbak nggak masak apa yang dia sukai."
"Tapi, mbak, mas, kan, baru saja..."
"Apa? Kamu mau bilang juga kalau mas ninggalin mbak? Kamu nggak ngerti apa-apa. mas itu hanya pergi sebentar. ngerti?"
beberapa hari lewat, tetangga mulai ikut membicarakan masalah mbak Sri.
"Dasar, ibu-ibu bisanya hanya gosip saja!"
"Mbak, sabar."