Ahok memiliki pandangan bahwa cara yang lebih tepat ditempuh untuk melestarikan budaya Betawi adalah mengembangkan Setu Babakan, perkampungan budaya di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurutnya, pemprov DKI Jakarta bisa mengalihkan anggaran dana hibah bernilai sekitar Rp 5 miliar setiap tahun menjadi dana bantuan untuk sanggar-sanggar kesenian Betawi termasuk yang ada di Setu Babakan.
Pengembangan Setu Babakan sebagai pusat budaya Betawi merupakan hal yang bagus. Di lokasi tersebut, terdapat banyak potensi wisata yang sangat besar namun belum dikembangkan dengan maksimal seperti misalnya danau dan lahan untuk wisata agro. Selain sepeda air berbentuk angsa yang saat ini sudah menjadi transportasi rekreasi di danau, pemprov DKI Jakarta bisa menambah atraksi lainnya yang menarik namun tetap memperhatikan faktor keamanan bagi wisatawan yang membawa anak kecil.
Di lahan luas sekitar danau, pengunjung dapat menikmati santap kuliner yang masih lekat dengan budaya Betawi seperti Soto Betawi, Kerak Telor, Gado-gado, Laksa, dan lain-lain. Permasalahan yang masih muncul adalah kebersihan yang belum terjaga dengan baik dan lapak pedagang yang belum rapi. Bila nantinya Ahok-Djarot kembali memimpin DKI Jakarta dan akan melunasi janjinya ini, maka mereka dapat menata penampilan para pedagang kuliner dengan membuatkan gerobak atau kios kecil yang bentuknya seragam, berwarna terang dan dihiasi oleh dekorasi khas budaya Betawi.
Seni pertunjukan Betawi yang selama ini telah rutin diselenggarakan di Setu Babakan setiap akhir pekan harus dilanjutkan. Penampilan tari yang disuguhkan perlu dibuat semakin beragam mengingat Jakarta punya banyak tari tradisional yang unik. Acara orkes, lenong dan keroncong bisa lebih sering dihadirkan untuk publik di tempat itu. Dengan demikian, para seniman Betawi tidak akan kehabisan kesempatan untuk manggung dan mendapat penghasilan dari berkesenian.
ANIES-SANDI
1. Membangun Taman Benyamin Sueb
Anies-Sandi melihat bahwa saat ini di Jakarta belum ada Museum Kebudayaan Betawi yang berisi sejarah perkembangan budaya Betawi. Di sisi lain, Benyamin Sueb sebagai salah satu legenda budaya dari Betawi belum memiliki tempat dimana setiap orang bisa mengenal karyanya. Hal ini yang menjadi latar belakang mereka mencetuskan pembangunan Taman Benyamin Sueb sebagai salah satu janji dalam kampanye.
Anies menargetkan Taman Benyamin Sueb menjadi pusat kebudayaan yang rutin dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, hingga menjadi pusat penelitian kebudayaan Betawi di Indonesia. Di dalam pusat kebudayaan itu, nantinya akan ditampilkan kebudayaan Betawi berikut dengan sejarahnya. Untuk mempermudah akses masyarakat, transportasi menuju Taman Benyamin Sueb dan museum-museum di Jakarta akan digratiskan.
Membangun suatu tempat yang baru adalah hal yang tidak mudah. Terlebih lagi, saat ini Anies-Sandi belum secara persis menyebutkan calon lokasi tempat Taman Benyamin Sueb akan didirikan. Beberapa orang juga mengkritisi program ini karena sebenarnya saat ini Jakarta sudah punya beberapa sentra budaya Betawi, meskipun belum difungsikan dengan maksimal sesuai potensinya.
Alih-alih membenahi yang sudah ada, langkah Anies-Sandi merencanakan pembangunan sesuatu yang baru perlu diapresiasi. Terkadang memperbaiki dan menata yang lama justru malah menghabiskan dana yang lebih besar dan membutuhkan proses yang lebih rumit dibandingkan menginisiasi tempat yang baru. Terlebih lagi bila masterplan untuk pusat budaya Betawi yang Anies-Sandi rancang tidak bisa diakomodasi jika bertempat di situs yang lama.