Pemberitaan mengenai Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta periode 2017-2022 memang tiada habisnya. Segala hal mulai dari profil, visi dan misi hingga kontroversi yang melingkupi ketiga pasangan calon (paslon): Agus-Sylvi, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi dibahas dengan tuntas setiap harinya. Proses pilgub DKI Jakarta juga telah menjalani dua kali debat resmi yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta.
Sejauh ini, isu-isu yang mengemuka terkait pilgub DKI Jakarta adalah tentang pengentasan kemiskinan, pro-kontra penggusuran permukiman warga oleh pemerintah provinsi (pemprov), pembukaan lapangan pekerjaan baru dan reformasi birokrasi yang anti korupsi. Isu mengenai kebudayaan, khususnya budaya Betawi juga diapungkan dalam beberapa kesempatan. Meskipun demikian, program-program yang dijanjikan para paslon terkait budaya Betawi belum banyak dibedah secara khusus dan maksimal baik di media massa maupun saat debat oleh KPU. Padahal program yang menyangkut budaya Betawi juga penting karena hal tersebut erat hubungannya dengan pembangunan karakter dan pembentukan identitas Jakarta.
Dalam artikel ini, penulis mencoba mengurai program-program terkait budaya Betawi yang dilontarkan oleh para paslon sebagai bagian dari janji kampanyenya. Penulis mendapatkan informasi mengenai program tersebut melalui situs kampanye resmi masing-masing paslon dan juga beberapa rilis media yang kredibel. Pengetahuan masyarakat tentang janji para paslon di bidang kebudayaan akan melengkapi informasi di bidang ekonomi dan politik yang selama ini telah diperoleh. Sebagai catatan, penulis berada dalam posisi yang netral dan berharap agar siapa pun yang nanti mendapatkan kepercayaan dari rakyat untuk memimpin Jakarta bisa membawa kemajuan bagi pelestarian dan pengembangan budaya Betawi di ibukota kita ini.
AGUS-SYLVI
1. Memopulerkan Batik Betawi
Batik Betawi mendapat perhatian serius dari paslon nomor satu ini. Agus-Sylvi mengenakan batik bermotif ala Betawi saat menghadiri acara penetapan cagub dan cawagub DKI Jakarta yang digelar KPU DKI Jakarta, di Balai Sudirman pada Senin 24 Oktober 2016. Dalam batik yang dikenakan Agus-Sylvi terdapat gambar yang menjadi ikon DKI Jakarta, seperti Monumen Nasional (Monas), ondel-ondel, delman dan gerobak pedagang kerak telor.
Pada saat kampanye, Agus-Sylvi juga menyampaikan beberapa janji tentang Batik Betawi. Ketika menyambangi Kampung Terogong III, Cilandak, Jakarta Selatan yang merupakan salah satu sentra Batik Betawi, Agus berjanji akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada para pengrajin Batik Betawi agar mereka lebih kreatif dan produknya lebih marketable. Program insentif untuk pengrajin Batik Betawi kembali disebutkan oleh Sylvi ketika singgah di Jalan Kwitang V, Kelurahan Kwitang, Jakarta Pusat pada Jumat 18 November 2016.
Selain itu, Jakarta adalah destinasi Meetings, Incentives, Conventions, Exhibitions (MICE) di Indonesia. Beragam acara nasional dan internasional dihelat di Jakarta setiap minggunya. Salah satu elemen pendukung bagi MICE adalah perlunya souvenir atau kenang-kenangan yang mencirikan kota tuan rumah. Batik Betawi bisa diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Bila terpilih nantinya, Agus bisa meneladani Bupati Kulonprogo di Daerah Istimewa Yogyakarta Hasto Wardoyo yang menggalakkan pemakaian batik dengan motif Geblek Renteng yang khas Kulonprogo. Batik digunakan oleh para pegawai di pemerintahan daerah dan sekolah. Pemerintah membantu promosi batik di tingkat provinsi dan nasional. Lima tahun yang lalu, Kulonprogo tidak punya batik khusus yang dibanggakan sebagai ciri khas. Sekarang Batik Geblek Renteng mulai menyita perhatian para pecinta batik di tingkat nasional.
2. Mentransformasi Ciliwung menjadi ‘Betawi Banget’
“Nanti Ciliwung akan kita jadikan tempat wisata, sambil dijadikan show case untuk kebudayaan asli Betawi. Akan ada stan makanan, kuliner, ada jalur jogging juga. Betawi banget,” ujar Agus di Jakarta Selatan pada Senin 5 Desember 2016.
Dari pernyataan Agus di atas, kita bisa mengetahui rencana paslon nomor satu untuk menata permukiman di daerah sekitar Ciliwung menjadi salah satu pusat budaya Betawi. Besar kemungkinan mereka ingin mencapai dua tujuan dalam penataan kawasan Ciliwung yaitu sebagai permukiman yang layak huni sekaligus atraksi wisata budaya baru di Jakarta.
Kawasan Kali Code yang sebelumnya semrawut sekarang sudah sukses ‘disulap’ menjadi kampung wisata tengah kota yang tematik. Bahkan banyak yang menyebut Kali Code kini menyerupai favela khas Brazil dengan rumah-rumah berdinding dan beratap penuh warna cerah. Penataan di Kali Code juga relatif mulus tanpa adanya konflik dengan warga setempat. Salah satu kuncinya adalah partisipasi publik dimana mereka diberdayakan sebagai pelaku wisata yang ikut menyediakan atraksi bagi turis, bukan hanya sebagai penonton atau obyek yang ditonton.
AHOK-DJAROT
1. Menerapkan peraturan pemakaian seragam pakaian adat Betawi bagi seluruh jajaran Pegawai Negeri Sipil
Ketika menjadi gubernur DKI Jakarta, Ahok telah menetapkan peraturan yang mewajibkan seluruh pegawai pemprov DKI mengenakan pakaian khas Betawi setiap hari Kamis. Peraturan ini diterapkan dalam rangka melestarikan kebudayaan Betawi di Jakarta sekaligus diharapkan dapat mempromosikan Usaha Kecil Menengah (UKM) pakaian khas Betawi.
Tidak hanya untuk para pegawai saja, Ahok dan Djarot sendiri juga sering terlihat memakai busana tradisional Betawi seperti sadariyah atau ujung serong sedangkan istri mereka tampil cantik dengan kebaya encim dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh pemprov DKI. Banyak remaja perempuan di Jakarta yang jadi semakin tertarik memakai kebaya encim setelah menyaksikan bagaimana istri Ahok, Veronica Tan terlihat anggun dengan kebaya encim berwarna cerah.
Peraturan tentang dress code bukan hal yang baru di Indonesia. Di Yogyakarta, para PNS dan pelajar diwajibkan mengenakan pakaian adat Jawa setiap hari Kamis Pahing. Di luar negeri, ada satu contoh yaitu Filipina yang memiliki peraturan penggunaan Barong Tagalog sebagai pakaian formal di kantor bagi para pegawai pemerintah pada hari-hari tertentu.
2. Menjadikan kawasan wisata Kampung Betawi di Setu Babakan sebagai destinasi wisata unggulan.
Ahok memiliki pandangan bahwa cara yang lebih tepat ditempuh untuk melestarikan budaya Betawi adalah mengembangkan Setu Babakan, perkampungan budaya di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Menurutnya, pemprov DKI Jakarta bisa mengalihkan anggaran dana hibah bernilai sekitar Rp 5 miliar setiap tahun menjadi dana bantuan untuk sanggar-sanggar kesenian Betawi termasuk yang ada di Setu Babakan.
Pengembangan Setu Babakan sebagai pusat budaya Betawi merupakan hal yang bagus. Di lokasi tersebut, terdapat banyak potensi wisata yang sangat besar namun belum dikembangkan dengan maksimal seperti misalnya danau dan lahan untuk wisata agro. Selain sepeda air berbentuk angsa yang saat ini sudah menjadi transportasi rekreasi di danau, pemprov DKI Jakarta bisa menambah atraksi lainnya yang menarik namun tetap memperhatikan faktor keamanan bagi wisatawan yang membawa anak kecil.
Di lahan luas sekitar danau, pengunjung dapat menikmati santap kuliner yang masih lekat dengan budaya Betawi seperti Soto Betawi, Kerak Telor, Gado-gado, Laksa, dan lain-lain. Permasalahan yang masih muncul adalah kebersihan yang belum terjaga dengan baik dan lapak pedagang yang belum rapi. Bila nantinya Ahok-Djarot kembali memimpin DKI Jakarta dan akan melunasi janjinya ini, maka mereka dapat menata penampilan para pedagang kuliner dengan membuatkan gerobak atau kios kecil yang bentuknya seragam, berwarna terang dan dihiasi oleh dekorasi khas budaya Betawi.
Seni pertunjukan Betawi yang selama ini telah rutin diselenggarakan di Setu Babakan setiap akhir pekan harus dilanjutkan. Penampilan tari yang disuguhkan perlu dibuat semakin beragam mengingat Jakarta punya banyak tari tradisional yang unik. Acara orkes, lenong dan keroncong bisa lebih sering dihadirkan untuk publik di tempat itu. Dengan demikian, para seniman Betawi tidak akan kehabisan kesempatan untuk manggung dan mendapat penghasilan dari berkesenian.
ANIES-SANDI
1. Membangun Taman Benyamin Sueb
Anies-Sandi melihat bahwa saat ini di Jakarta belum ada Museum Kebudayaan Betawi yang berisi sejarah perkembangan budaya Betawi. Di sisi lain, Benyamin Sueb sebagai salah satu legenda budaya dari Betawi belum memiliki tempat dimana setiap orang bisa mengenal karyanya. Hal ini yang menjadi latar belakang mereka mencetuskan pembangunan Taman Benyamin Sueb sebagai salah satu janji dalam kampanye.
Anies menargetkan Taman Benyamin Sueb menjadi pusat kebudayaan yang rutin dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara, hingga menjadi pusat penelitian kebudayaan Betawi di Indonesia. Di dalam pusat kebudayaan itu, nantinya akan ditampilkan kebudayaan Betawi berikut dengan sejarahnya. Untuk mempermudah akses masyarakat, transportasi menuju Taman Benyamin Sueb dan museum-museum di Jakarta akan digratiskan.
Membangun suatu tempat yang baru adalah hal yang tidak mudah. Terlebih lagi, saat ini Anies-Sandi belum secara persis menyebutkan calon lokasi tempat Taman Benyamin Sueb akan didirikan. Beberapa orang juga mengkritisi program ini karena sebenarnya saat ini Jakarta sudah punya beberapa sentra budaya Betawi, meskipun belum difungsikan dengan maksimal sesuai potensinya.
Alih-alih membenahi yang sudah ada, langkah Anies-Sandi merencanakan pembangunan sesuatu yang baru perlu diapresiasi. Terkadang memperbaiki dan menata yang lama justru malah menghabiskan dana yang lebih besar dan membutuhkan proses yang lebih rumit dibandingkan menginisiasi tempat yang baru. Terlebih lagi bila masterplan untuk pusat budaya Betawi yang Anies-Sandi rancang tidak bisa diakomodasi jika bertempat di situs yang lama.
IHC di Singapura merupakan bangunan empat lantai yang ditujukan sebagai pusat informasi tentang sejarah dan perkembangan budaya India di Singapura. Selain menerapkan penataan koleksi dengan sistem yang modern dan ramah pengunjung, tempat ini juga menggunakan teknologi yang canggih untuk memberikan pengunjung pengalaman unik dalam mengenal kekayaan budaya India.
Koleksi di IHC tidak hanya benda-benda artefak, lukisan atau foto-foto. Banyak informasi penting yang telah disusun dalam database digital dan ditampilkan dengan menarik. Pengunjung bisa memperoleh informasi melalui layanan multimedia yang beragam dan mencoba pemainan interaktif di layar komputer. Kita berharap hal-hal seperti ini bisa dihadirkan oleh Anies-Sandi di Taman Benyamin Sueb nantinya.
2. Memajukan Kuliner Betawi
Anies-Sandi melontarkan janji kampanye untuk memajukan kuliner Betawi apabila mereka mendapat amanah dari rakyat Jakarta. Beberapa langkah yang direncanakan adalah menambah pusat-pusat jajanan serba ada berbasis pedagang kaki lima (PKL) dengan memberikan berbagai pelatihan terkait kesehatan makanan dan kebersihan. Intinya adalah mereka ingin memberdayaan UKM kuliner di Jakarta sekaligus melestarikan warisan budaya dalam bentuk makanan ini.
Oleh karena itu, pekerjaan rumah dalam memajukan kuliner Betawi sesungguhnya tidak berat. Yang perlu dilakukan adalah bagaimana mempertahankan kuliner Betawi tersebut tetap lestari dan memiliki banyak penggemar. Untuk menghindari kejenuhan pasar, Anies-Sandi bisa membina UKM untuk menemukan inovasi kreatif pada menu makanan Betawi tanpa menghilangkan ciri khas utamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H