Pasukan tikus Kiore yang sebelumnya terkena minyak, sekarang menyala-nyala karena panah api menyambar. Mereka berteriak-teriak kesakitan minta pertolongan. Beberapa dari mereka justru menghunuskan pedang pada dadanya. Lebih memilih mati cepat ketimbang mati tersiksa api.
"Hancurkan PENDOBRAK! Hancurkan PENDOBRAK!", Jendral Gambus tampak panik melihat kendaraan pendobrak mendekati pintu gerbang utara.
Setelah disirami minyak, pemanah api lantas mengarahkan panah apinya pada pendobrak. Kendaraan pendobrak menyala-nyala. Namun masih tetap bergerak menuju pintu gerbang. Semakin dekat.
BUMMM - BUMMM - KRAK
Pintu utara retak. Setelah tumbukan terakhir, pintu utara berhasil didobrak. Pasukan Kiore merangsek masuk ke dalam. Pasukan Lori yang dari tadi sudah menunggu di dalam, kini saling berhadapan. Mereka-mereka mencabut senjata. Pertarungan jarak dekat dimulai. Kelinci-kelinci gagah melawan tikus-tikus perkasa.
* * *
Sementara itu di dalam bunker persembunyian, anak-anak banyak meringkuk ketakutan di pangkuan ibunya. Sisanya, para sepuh, Bersimpuh berdoa. Memohon pada sang pencipta untuk segera mengakhiri peperangan ini.
"Mak. Kata ayah bunker ini memiliki jalan rahasia untuk keluar dari daerah kerajaan mak.", Banjo mengingat perkataan ayahnya.
"Sudah lah nak. Itu cerita lampau. Ayahmu memang turut membangun kerajaan ini. Tapi jangan kau telan mentah-mentah semua bualannya itu."
"Tapi mak. Banjo percaya ucapan ayah itu. Banjo akan mencarinya. Mencari pintu yang pernah ayah ceritakan", Banjo kemudian pamit pada ibunya. Dia kemudian menyusur sambil meneliti di mana pintu keluar rahasia dari bunker ini.
* * *