Suara lonceng kota diperdengarkan. Suaranya sungguh bising dan nyaring. Tiap-tiap orang yang tidak layak untuk berperang, mempercepat langkahnya. Mereka bergegas menuju tempat persembunyian. Mereka hendak bersembunyi pada bungker istana.
"Cepat. Cepat!", jendral perang kerajaan Lori, Gambus berteriak-teriak pada tiap-tiap pengungsi. Ia sudah siap tempur. Badannya dilapisi baju besi berwarna emas. Telinganya yang panjang menjulang ke atas pun dilapisi besi.
"Lapor Jendral! Panji musuh sudah terlihat di arah utara! Perang akan segera dimulai!", salah seorang prajurit melaporkan.
"Bagaimana bantuan dari kerajaan Tupi? Apakah mereka merespon permintaan kita?", Jendral bertanya pada sandi telik kerajaan.
"Mereka merespon positif jendral! Mereka mengirimkan pasukan berkudanya".
"Kalian berdua kawal dan lindungi mereka-mereka yang hendak berlindung! Sisanya ikut saya! Siapkan pertahanan di pintu gerbang utara!"
"Siap Jendral!"
* * *
Di utara kerajaan Lori terdapat padang rumput yang luas. Namun musim semi kali ini, padang rumput itu tak berwarna hijau. Kali ini berwarna hitam. Hitam karena pasukan dari kerajaan Kiore mendekat. Jumlah mereka tak terhitung banyaknya. Hampir seluruh padang rumput ini berwarna hitam karenanya.
"Ingat curut-curut perkasa. Kali ini kita akan musnahkan kerajaan Lori", Hussar pemimpin perang kerajaan Kiore meyakinkan anak buahnya.
"GRAAAHHHH."