Mohon tunggu...
Fahmi Idris
Fahmi Idris Mohon Tunggu... Professional IT - System Analyst -

Introvert, Kinestetik, Feeling Extrovert, System Analyst, Programmer, Gamers, Thinker, Humorous, Dreamer. Web : ghumi.id Instagram : fahmi_gemblonk

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Fantasi] Kalung Lonceng Raja Lori - Penyerangan Lori

18 September 2014   06:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:22 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sepuluhan pelontar melontarkan batu api menyala-nyala bersamaan. Benar saja, pelontar itu sudah memasuki jarak tembak. Batu-batu api besar seukuran rumah melayang di udara menuju dinding pertahanan utara. Hanya satu dua saja yang tidak sampai. Sisanya masuk ke balik dinding pertahanan. Langit yang sudah gelap karena pembakaran semak bakur, kini semakin gelap karena asap dari batu-batu api yang menghantam rumah-rumah dan benteng pertahanan utara.

"SERAAAAAAAAANG"

Atas perintah jendral Hussar, sekejap mata pasukan Kiore berlari menyerang menuju kerajaan Lori. Mereka tampak seperti tikus-tikus penghaus darah. Mata mereka menyala-nyala penuh dendam.

Jendral Gambus mengangkat tangan kanannya, "TAHAAAAAAN! Pemanah TAHAAAAN!", Jendral Gambus memberi aba-aba untuk menahan tembakan. "Sekarang!"

Para pemanah melepaskan anak panahnya. Sejurus kemudian banyak tikus-tikus tergeletak mati terpanah. Beberapa diantaranya terluka tak bisa lagi bergerak.

"BATU APIIIII!"

BUMMM

Batu api dari pelontar Kiore menghantam dinding pertahanan utara. Tujuh prajurit kelinci Lori terhempas berhamburan karenanya. Mereka tak bangkit lagi.

"Tunggu sampai mereka dekat", Jendral Gambus kembali memberi perintah. "Sekarang! Tumpahkan minyaknya!"

Seitap dua prajurit kelinci menumpahkan satu ember besar minyak ke arah rombongan penyerang pasukan Kiore.

"Pemanah api! HEMPASKAN!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun