Aku tersenyum lalu menggeleng "Rasa es krim ini tak pernah berubah ya?"
      Penta tersenyum dan mengangguk "Awal yang manis," dia mengaduk cup es krimnya "Gia, aku dapat beasiswa."
      Tentunya aku terkejut "KEREN, SELAMAT PENTA!" Ujarku seraya menggenggam kedua tangan Penta,"Aku bangga sekali dengamu, apapun itu akan kudukung!"
      "Di luar negeri."
      Aku terdiam berusaha mencerna kata-kata Penta "Luar negeri?"
      "Aku tahu berat sekali kelihatannya, tetapi ini kesempatan aku untuk bertahan hidup," Penta menggenggam tanganku lebih erat "Setelah tujuanku selesai, aku segera kembali dan bertemu denganmu di sini,"
      Aku menahan tangis "Sebentar bukan? Tidak pergi selamanya?"
      Penta mengangguk dan tersenyum.
-
      Akhirnya Penta melaksanakan studinya ke luar negeri. Kami hanya dapat berkirim kabar, kadang sesekali berkirim barang. Dua hari yang lalu aku mengirimkan bubuk es krim dari kedai yang sering kami kunjungi, agar Penta tidak lupa kenangan manis itu.
Mengingat kedai eskrim, sudah lama aku tak berkunjung ke perpustakaan. Terakhir kali saat Penta memberitahuku akan kepergiannya. Hampir tiga tahun lamanya, aku memutuskan untuk mengunjunginya kembali. Alasan utamaku kembali adalah menyelesaikan novel yang Penta rekomendasikan kepadaku. Aku hanya mengingat sedikit alurnya, terakhir ketika si tokoh mengalungkan tali itu.