Mohon tunggu...
Gefira Nur Fauzia
Gefira Nur Fauzia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student of Diponegoro University

Seorang mahasiswa yang gemar menyalurkan ide dan pemikirannya melalui tulisan baik fiksi maupun non-fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Benang

18 Juli 2023   21:50 Diperbarui: 18 Juli 2023   21:57 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Aku menerima buku itu,"Baik, terima kasih," lalu mencari sudut perpustakaan untuk duduk.

            Mencari Sumber Cahaya, judul buku yang dia beri. Aku membuka lembaran awal, mencoba tenang dan menyelami makna setiap kata. Bab satu menceritakan seorang anak dengan kecerdasan di atas rata-rata yang selalu mendapat kebahagian dan keberkahan dalam hidupnya. Hidup yang didambakan semua orang, cerdas dan kekayaan adalah senjata yang ampuh untuk mendapatkan tujuan dan tak terlepas dari doa. Kesempurnaan adalah dambaan semua orang, begitu pula kebahagiaan yang tak ada habisnya. Namun, semua orang lupa, tak ada kesempurnaan dan hidup seperti roda, kadang di atas atau di bawah.

            Bab lima, kehidupan sempurna anak itu mulai goyah. Masalah ekonomi keluarganya mengakibatkan keretakan. Ayahnya pergi dengan perempuan lain sedangkan Ibunya memilih menginggalkannya pula. Dia shock, baru pertama kali dirinya mengalami hal buruk seperti ini. Mencoba tegar, dia berusaha memanfaatkan kecerdasannya untuk bertahan hidup. Mencoba bekerja dan mengajar, hasil yang ia dapat hanya cukup untuk kehidupan primernya. 

Sebenarnya, dia sangat menginginkan tablet untuk keperluan hobinya. Sudah lama ia ingin mengasah hobi gambarnya dengan tablet, uang yang dulu ia kumpulkan dibawa lari oleh orang tuanya. Sedih, tetapi dia berpikir bahwa orang tuanya sangat membutuhkan uang itu.

            Bab tujuh sangat menguras emosi. Dia di sini mencoba bertahan hidup dengan menjadi pengajar tetap teman yang sangat membencinya. Upahnya lumayan, dia dapat menyisihkan separuhnya untuk tablet impiannya. Namun, temannya selalu berusaha untuk menjatuhkan harga dirinya untuk merebut juara umum di sekolah. Salah satu alasan temannya sangat membencinya, si tokoh selalu juara umum dan tak pernah terkalahkan, bidang akademis maupun non akademis selalu cemerlang.

Temannya selalu berusaha mengalahkannya namun gagal, dia selalu berada pada peringkat dua setelah si tokoh. Akhirnya, si teman tokoh meraih juara umum dengan menyebar rumor yang menyebabkan si tokoh terganggu mentalnya dan merasa putus asa. Si tokoh berfikir bahwa kecerdasan dan kedudukan peringkat adalah aset satu-satunya yang ia miliki.

            Saat selesai menerima rapor dan mendapat wejangan, si tokoh memutuskan untuk pulang. Rumah yang dulu tampaknya cerah kini terlihat kusam dan hampa. Dia berjalan menuju kamarnya sembari mengggenggam sebuah tali tambang.

            Dia pikir mengakhiri hidup adalah solusi dari semua yang terjadi. Tali telah dipersiapkan, dia sudah berdiri di atas kursi dan mengalungkan lehernya dengan tali. Si tokoh menghela napas, mencoba tenang dan tersenyum. Dia berhitung, hingga ....

            "Sudah sore, ayo pulang. Kau ingin es krim kan?"

            Aku terkejut refleks menutup buku "Ide bagus, tetapi aku belum menyelesaikan buku ini."

            "Hafalkan judulnya, kau bisa kembali kesini lagi kan? Lagian kau tak bisa meminjam tanpa kartu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun