Mohon tunggu...
Gede BMW
Gede BMW Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya memiliki Hobi bermusik, bernyanyi, olahraga, serta otomotif terkadang mencoba hal baru seperti foto dan editing video karena sebuah keharusan dan kewajiban kampus, dan di sela-sela lelah saya menikmatinya agar selalu tidak menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Museum Sri Baduga

15 November 2023   00:42 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:53 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2.1 Arca Nenek Moyang (Dokpri)

2.1 Arca Nenek Moyang (Dokpri)
2.1 Arca Nenek Moyang (Dokpri)
    Bahannya terbuat dari batu andesit berwarna coklat abu-abu. Bentuknya menyerupai postur orang yang sedang duduk, misalnya saat beribadah. Wajah bulat; mata tertutup, hidung lebar; bibir tebal tertutup penuh. Kepala tidak berambut (botak). Kepala dan badannya menyatu, lehernya tidak terlihat sehingga tampak pendek (kerdil). Silangkan tangan Anda di dada dan tekuk kaki Anda ke depan. Dilihat dari bentuk dan posisinya, patung ini merupakan penjelmaan para leluhur. Patung tersebut dibuat sebagai penghormatan kepada para leluhur yang telah memberikan keamanan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Tradisi pemujaan leluhur khususnya di Jawa Barat fenomena ini terus berlanjut hingga abad ke-14 Masehi. Diakuisisi di Cirebon pada tahun 1979.

gambar 2.2 Fosil Kayu (Dokpri)
gambar 2.2 Fosil Kayu (Dokpri)

2.3 Fosil Tulang Belakang  (Dokpri)
2.3 Fosil Tulang Belakang  (Dokpri)

2.3 Arca Siwa (Dokpri)
2.3 Arca Siwa (Dokpri)
Ukuran: Batu Andesit, T. 76,6 cm; Ketebalan 32,5 cm Asal: Pulau Panaitan, Pandeglang

    Patung ini merupakan temuan dari Pulau Panaitan Kabupaten Pandeglang, terbuat dari batu andesit, permukaannya tidak halus, bentuk ukirannya sederhana, gambarannya memberi kesan kaku dan statis. Seluruh badan arca dipahat langsung pada penyangganya (prabamandala). Mahkota kuncup bunga di kepala, anting teratai, gelang dan jepit, bunga padma di kedua tangan, upawita berbentuk ular di badan, mata tertutup, perut dengan ikat pinggang agak bengkak. Duduk bersila dengan telapak kaki rapat. Duduk di Nandi adalah Padmana (kursi berbentuk teratai) dengan ukiran trisula (mandala primordial) di belakangnya, yang merupakan senjata Dewa Siwa. Patung Siwa Panaitan ini kemungkinan berasal dari abad ke 7-8. abad yang menjadi ciri khas Siwa Jawa Barat, karena wujud Siwa tersebut biasanya berbeda dengan wujud Siwa yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2.4 Arca Ganesha (Dokpri)
2.4 Arca Ganesha (Dokpri)
    Patung Ganesha di Museum Sri Paduga Jawa Barat merupakan salah satu patung yang menjadi bagian penting dalam sejarah dan kebudayaan Jawa Barat. Patung ini merupakan media pemujaan bagi pemuja Ganesha, dewa pengetahuan dan kebijaksanaan. Pada artikel kali ini kita akan melihat lebih dekat patung Ganesha, media pemujaannya, dan keberadaan patung tersebut di Museum Sri Baduga Jawa Barat.

                                                                                                                                  Bab III

                                                                                                                                 Penutup

2.3 Kesimpulan

       Museum adalah tempat yang paling penting untuk menyimpan kenangan dan sejarah masa lalu yang tidak akan terlupakan. Salah satunya Museum Sri Baduga yang berada di Jawa Barat. Didirikan pada tahun 197, museum ini dibuka pada tahun 1980 sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Daud Yusuf meresmikan museum tersebut. Pada tahun 1990, museum ini berganti nama menjadi Museum Negeri Sri Baduga Provinsi Jawa Barat. Sri Baduga adalah nama sebuah kerajaan Hindu Sunda di Jawa Barat. Museum Sri Baduga memiliki berbagai macam artefak sejarah dan barang antik bernilai seni dalam koleksinya. Berbagai benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi seperti koleksi arca Megalitikum, pakaian adat, rumah, peralatan, permainan dan alat musik tradisional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun