Mohon tunggu...
Gede BMW
Gede BMW Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya memiliki Hobi bermusik, bernyanyi, olahraga, serta otomotif terkadang mencoba hal baru seperti foto dan editing video karena sebuah keharusan dan kewajiban kampus, dan di sela-sela lelah saya menikmatinya agar selalu tidak menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Museum Sri Baduga

15 November 2023   00:42 Diperbarui: 15 November 2023   00:45 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
2.1 Arca Nenek Moyang (Dokpri)

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang

  • Museum adalah institusi publik. Museum fungsinya mengumpulkan, merawat, menampilkan dan melestarikan warisan budaya masyarakat untuk keperluan studi, penelitian dan rekreasi atau hiburan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995. Museum adalah sebuah institusi, sebuah tempat penyimpanan, pemeliharaan, keamanan dan pemanfaatan bukti fisik yang dihasilkan budaya manusia serta alam dan lingkungan membantu mendukung upaya konservasi dan lindungi kekayaan budaya negara.

  • Sedangkan menurut International Council of Museums (ICOM): dalam pedoman Museum Indonesia, 2008. Museum adalah lembaga yang bersifat permanen, bukan mengejar keuntungan, mengabdi pada masyarakat dan perkembangannya, serta terbuka untuk umum, dapatkan, rawat, sambungkan, dan tampilkan artefak terkait identitas manusia dan lingkungannya untuk tujuan pembelajaran, pendidikan dan rekreasi.

  • Museum Sri Baduga merupakan objek wisata sejarah budaya berafiliasi dengan Pusat Manajemen Museum Nasional. Sri Baduga diperintah oleh Pemerintah. Berafiliasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Tur museum Sribaduga terletak di Jalan BKR 185, Bandung, Jawa Barat. Ada Museum ini memiliki geologi, biologi, Etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik, linguistik, keramik, seni rupanya, koleksi yang tercatat tak kurang dari 5.367 item. salah satunya adalah patung-patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yakni sarana
  • menyembah Tuhan atau Dewa dan Dewinya dan memasukkannya ke dalam koleksi arkeologi.


1.2 Tujuan

  • Adapun tujuan dari makalah ini Mengenal Peninggalan Sejarah di Museum Sri
  • Baduga sebagai berikut:
  • a. Dapat mengetahui lokasi Museum Sri Baduga.
  • b. Dapat mengetahui benda-benda bersejarah pada Museum Sri Baduga.
  • c. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya Museum Sri Baduga.


1.3 Manfaat

  • Adapun manfaat dari makalah adalah sebagai berikut:
  • a. Dapat memahami sejarah dari beberapa prasasti arca didalam museum.
  • b. Dapat memahami sejarah patung gajah yang ada dihalaman depan museum.
  • c. Dapat memahami sejarah masing-masing prasasti kuno pada museum.

1.4 Batasan Masalah

  • Adapun batasan masalah yang diberikan pada makalah ini sebagai berikut:
  • a. Untuk ruangan pameran pada museum nasional ini memiliki enam ruangan yang siap
  • dikunjungi untuk wisata asing dan masyarakat.
  • b. Untuk gedung museum nasional ini terdiri dari empat lantai, yang berisi prasasti kuno,
  • Arca Budha, emas, keramik, rumah adat dan sebagainya.
  • c. Untuk membentuk suatu gedung bersejarah, museum nasional atau disebut juga
  • museum gajah memiliki cerita cukup panjang tentang sejarah sendiri.




  • BAB II
  • PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Museum Sri Baduga

Museum Sri Baduga (Museum Sribaduga, namun di pintu masuk museum tertulis  Muséum Sri Baduga) terletak di sebelah barat Museum Indonesia di Bandung, Jawa.

Museum yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat ini didirikan pada tahun 1974 dengan menggunakan bangunan tua bekas Tegallega Kawedanan dan diresmikan pada tanggal 5 Juni 1980 oleh Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu.

Nama museum ini diambil dari gelar Sri Baduga Maharaja, salah satu raja Bajajalan, yang terdapat pada prasasti Batutulis. Kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 02223/0/1990 tanggal 4 April 1990.

2.2 Sejarah Museum Sri Baduga

Didirikan pada tahun 197, museum ini dibuka pada tahun 1980 sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Daud Yusuf meresmikan museum tersebut. Pada tahun 1990, museum ini berganti nama menjadi Museum Negeri Sri Baduga Provinsi Jawa Barat. Sri Baduga adalah nama sebuah kerajaan Hindu Sunda di Jawa Barat. Museum Sri Baduga memiliki berbagai macam artefak sejarah dan barang antik bernilai seni dalam koleksinya. Berbagai benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi seperti koleksi arca Megalitikum, pakaian adat, rumah, peralatan, permainan dan alat musik tradisional. “Saya tertarik dengan kereta emas. Saya sangat tertarik dengan arkeolog,” kata Dela, salah satu pengunjung. Yang menarik dari arsitektur museum ini adalah bangunannya berbentuk rumah panggung dan memiliki atap panjang yang melambangkan rumah khas Jawa Barat. Pengunjung bisa datang langsung ke Jalan BKR 185 dengan membayar hanya Rp 3000 untuk dewasa dan Rp 2000 untuk anak-anak. Museum Sri Baduga buka pada hari Selasa hingga Jumat mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Sedangkan Sabtu hingga Minggu pukul 08.00 hingga 1 .00 WIB dan tutup pada hari Senin/Libur. (ryan/sinta) Direktur Diskominfo Kota Bandung Yayan A. Brilyana.

Menurut informasi resmi di website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, museum ini didirikan pada tahun 197 berdasarkan ide Gubernur Jawa Barat Aang Kunaef. Pada tanggal 5 Juni 1980, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef akhirnya meresmikan museum ini sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1990, namanya kembali diubah menjadi Museum Sri Baduga. Nama Museum Sri Baduga diambil dari nama Prabu Siliwang III, seorang raja besar Kerajaan Sunda yang beragama Hindu, yang berdasarkan isi prasastinya disebut Sri Baduga Maharaja Ratu Haji Batutuli. Sri Baduga memerintah Pakwan Pajajaran pada tahun 1 82 hingga 1521 Masehi.

 Nama Museum Sri Baduga kemudian dicantumkan dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 02223/0/1990 tanggal April 1990. Museum Sri Baduga memiliki bangunan bergaya tradisional Jawa Barat yaitu rumah panggung beratap panjang yang dipadukan dengan gaya arsitektur modern. Museum ini terletak di atas tanah seluas 8.030 m2 yang dulunya digunakan sebagai kantor Kawedana Tegallega untuk menangani urusan pemerintahan Kota Bandung. Pada tahun 2002, Museum Sri Baduga dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Barat. Tanggung jawab dan tugas pokoknya adalah menghimpun, memelihara, meneliti, menyajikan, membina kebudayaan

Jawa Barat dan pendidikan kebudayaan. Pada awal tahun 2018 terjadi perubahan pada struktur organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah Jawa Barat. Dimana Museum Sri Baduga merupakan bagian dari UPTD Organisasi Kebudayaan Daerah Jawa Barat khususnya pada Dinas Cagar Budaya dan Museum. Berbagai koleksi Museum Sri Baduga Museum Sri Baduga memiliki koleksi berbagai artefak, lukisan dan artefak sejarah yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Sunda. Koleksi uniknya antara lain pakaian adat Sunda, alat musik tradisional, senjata kuno, kerajinan tangan, ukiran kayu, dan lukisan berharga. Koleksi museum yang terkumpul pada tahun 2017 sebanyak 6.979 buah.

Koleksinya dikelompokkan dalam 10 (sepuluh) kategori, yaitu geologi/geografi, biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik/heraldik, filologi, seni rupa, keramik, dan teknologi. Berdasarkan keterangan langsung Rizky Maulana yang bekerja sebagai koordinator spesialis Museum Sri Baduga, materi koleksi yang dihadirkan dalam pameran tetap Museum Sri Baduga ini disusun berdasarkan cerita yang menggambarkan sejarah alam dan budaya Jawa Barat. “Menempatkan ruang pameran koleksi itu harus ada ceritanya. Jadi kita tidak akan sematkan sesuatu di situ karena ada alurnya.

Seperti di lantai 1, kita akan cerita apa, bagaimana dengan lantai 2? dan lantai 3? Kalo misal kita nyimpen seenaknya, itu ada ahli suka negor yang lebih tau tentang koleksi nanti ditanya dan menempatkan topeng disini dasarnya apa? Makanya kita harus udah siap dan ngadain kajian akademis bersama ahli dulu buat naruh koleksinya ituandquot jelasnya. Fase-fase perjalanan sejarah tersebut dikelompokkan ke dalam tiga lantai dan beberapa koleksi khususnya prasasti ditata secara outdoor. Lantai satu diawali dengan menampilkan beberapa koleksi sebagai pembuktian hadirnya Sri Baduga sebagai salah satu raja Pajajaran, sejarah alam (fosil hewan dan tumbuhan), profil manusia (fosil manusia purba), sejarah terbentuknya Jawa Barat dari sisi geografis dan budaya yang diawali dengan sistem religi masa Hindu Budha.

Lantai dua melanjutkan sistem religi (Kong Hu Tsu, Kristen dan Islam), sistem pengetahuan, bahasa, sistem organisasi/kemasyarakatan, peralatan hidup, sistem mata pencaharian (pertanian dan perikanan), hingga busana pengantin di Jawa Barat dan seragam juragan tanah di masa kolonial. Lantai tiga menampilkan materi koleksi yang berkaitan dengan mata pencaharian (perdagangan) teknologi, permainan tradisional anak Jawa Barat dan zona perkebunan. Salah satu koleksi lainnya adalah kecapi besar berwarna emas bernama Naga Maung Kecapi. Di belakang ruangan lain, perpustakaan juga berisi senjata, lukisan, dan beberapa kain khas Indonesia.

Jumlah dan tujuan kunjungan ke Museum Sri Baduga Rizky Maulana mengungkapkan rata-rata jumlah pengunjung Museum Sri Baduga per hari adalah 300- 00 orang. Namun di hari favorit, pengunjungnya bisa mencapai 700-800 orang per harinya. “Kami hanya menerima 300- 00 pengunjung sehari di Sri Baduga. Karena ini adalah hari favorit, pengunjungnya mencapai 700-800 orang pada hari Selasa, Rabu, dan Kamis. Tapi kalau Jumat, Sabtu, dan Minggu maksimal 50,” ujarnya. Ia juga mengatakan pengunjung terkadang bisa belajar tentang sejarah dan budaya Jawa Barat di museum ini. “Pengunjung adalah intinya.”

Kami membawa mereka ke masa lalu dari segi sejarah dan budaya khususnya di Jawa Barat yang diwakili oleh 10 klasifikasi,”; dia berkata. Wildan, salah satu pengunjung Museum Sri Baduga menceritakan kepada detikJabar tentang tujuan dan kesan kunjungan dirinya dan temannya ke museum ini. “Alasannya saya kuliah di jurusan sejarah peradaban Islam, jadi saya datang ke sini karena mendapat tugas mempelajari artefak-artefak tradisional. Pilih terus museum ini karena tempatnya paling terjangkau dan di sini koleksinya sangat lengkap, mulai dari lantai bawah kayak fosil. Tadi di lantai dua saya lihat juga ada alat musik tradisional seperti kerang, lalu di atasnya mirip alat musik tradisional, pokoknya di sini sudah jadi, begini,” ujarnya. “Baru pertama kali ke sini, jadi kesan saya senang karena Bandung punya museum yang begitu sempurna. Jadi bisa juga memberi kita informasi,” lanjutnya.

Bahannya terbuat dari batu andesit berwarna coklat abu-abu. Bentuknya menyerupai postur orang yang sedang duduk, misalnya saat beribadah. Wajah bulat; mata tertutup, hidung lebar; bibir tebal tertutup penuh. Kepala tidak berambut (botak). Kepala dan badannya menyatu, lehernya tidak terlihat sehingga tampak pendek (kerdil). Silangkan tangan Anda di dada dan tekuk kaki Anda ke depan. Dilihat dari bentuk dan posisinya, patung ini merupakan penjelmaan para leluhur. Patung tersebut dibuat sebagai penghormatan kepada para leluhur yang telah memberikan keamanan dan kesejahteraan kepada masyarakat. Tradisi pemujaan leluhur khususnya di Jawa Barat fenomena ini terus berlanjut hingga abad ke-14 Masehi. Diakuisisi di Cirebon pada tahun 1979.

gambar 2.2 Fosil Kayu (Dokpri)
gambar 2.2 Fosil Kayu (Dokpri)

2.3 Fosil Tulang Belakang  (Dokpri)
2.3 Fosil Tulang Belakang  (Dokpri)

2.3 Arca Siwa (Dokpri)
2.3 Arca Siwa (Dokpri)
Ukuran: Batu Andesit, T. 76,6 cm; Ketebalan 32,5 cm Asal: Pulau Panaitan, Pandeglang

Patung ini merupakan temuan dari Pulau Panaitan Kabupaten Pandeglang, terbuat dari batu andesit, permukaannya tidak halus, bentuk ukirannya sederhana, gambarannya memberi kesan kaku dan statis. Seluruh badan arca dipahat langsung pada penyangganya (prabamandala). Mahkota kuncup bunga di kepala, anting teratai, gelang dan jepit, bunga padma di kedua tangan, upawita berbentuk ular di badan, mata tertutup, perut dengan ikat pinggang agak bengkak. Duduk bersila dengan telapak kaki rapat. Duduk di Nandi adalah Padmana (kursi berbentuk teratai) dengan ukiran trisula (mandala primordial) di belakangnya, yang merupakan senjata Dewa Siwa. Patung Siwa Panaitan ini kemungkinan berasal dari abad ke 7-8. abad yang menjadi ciri khas Siwa Jawa Barat, karena wujud Siwa tersebut biasanya berbeda dengan wujud Siwa yang ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

2.4 Arca Ganesha (Dokpri)
2.4 Arca Ganesha (Dokpri)
Patung Ganesha di Museum Sri Paduga Jawa Barat merupakan salah satu patung yang menjadi bagian penting dalam sejarah dan kebudayaan Jawa Barat. Patung ini merupakan media pemujaan bagi pemuja Ganesha, dewa pengetahuan dan kebijaksanaan. Pada artikel kali ini kita akan melihat lebih dekat patung Ganesha, media pemujaannya, dan keberadaan patung tersebut di Museum Sri Baduga Jawa Barat.

Bab III

Penutup

2.3 Kesimpulan

Museum adalah tempat yang paling penting untuk menyimpan kenangan dan sejarah masa lalu yang tidak akan terlupakan. Salah satunya Museum Sri Baduga yang berada di Jawa Barat. Didirikan pada tahun 197, museum ini dibuka pada tahun 1980 sebagai Museum Negeri Provinsi Jawa Barat. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Daud Yusuf meresmikan museum tersebut. Pada tahun 1990, museum ini berganti nama menjadi Museum Negeri Sri Baduga Provinsi Jawa Barat. Sri Baduga adalah nama sebuah kerajaan Hindu Sunda di Jawa Barat. Museum Sri Baduga memiliki berbagai macam artefak sejarah dan barang antik bernilai seni dalam koleksinya. Berbagai benda tersebut terdiri dari beberapa koleksi seperti koleksi arca Megalitikum, pakaian adat, rumah, peralatan, permainan dan alat musik tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun