"Aku minta maaf."
"Tidak perlu minta maaf." Setelah Amir paham kenapa sahabatnya minta maaf. "Aku seharusnya minta maaf. Soalnya selalu menyusahkanmu."
Keduanya kembali hening. Mengeja masa lalu sambil kadang-kadang tersenyum sendiri.
Setelah beberapa lama mereka bercakap-cakap, Alif lebih dulu pamit. Alasannya harus mengantar pesanan pelanggan. Yang langsung ditanggapi nyelonong oleh Amir, "Juragan memang harus gitu." Candanya. Tawa pun membuncah.
"Kamu masih disini?"
"Iya. Ada yang kutunggu."
Sebelum akhirnya dengan perasaan yang sulit diungkapkan Alif benar-benar meninggalkannya, tak lupa ia meminta sahabatnya bertandang. Di ingatan mereka, kenangan dahulu memang sangat lekat tertancap. Terutama bagi Amir yang beberapa tahun belakangan baru sadar kalau secara tidak langsung ia telah menikmati harta rampasan dari sahabatnya, tentu saja kesadaran itu muncul setelah mata hatinya benar-benar berfungsi.
Kalau memang tidak ada prihal rampas-merampas ia yakin sahabatnya akan lebih sukses, otaknya jelas sangat cemerlang. Meskipun sebagai juragan keripik singkong dan pisang yang bahannya dari kebunnya sendiri ia cukup berhasil. Serta pembuat yogort, dan juga bahan dasarnya dari susu sapi anak bernak sapi yang dulu ia pelihara, jadi tambahan. Ia bahkan sudah membeli sawah dua kali lapat dari sawah kakeknya yang dulu sempat terjual, jadi bukti nyatanya. Ketimbang dirinya, ia mengaku Alif jauh lebih sukses meski sudah berpendidikan Master.
Hal lampau yang membuat ia malu bertemu, yang beberapa tahun belakangan baru disadarinya, tak lain karena perbuatan bapaknya. Setelah kejadian di kandang sapi dulu, bapaknya mengintervensi kepala sekolah agar memutus sekolah Alif. Menggunakan kekuasaan sang bapak berhasil balas dendam padanya.
Setahun kedepannya, Tuhan benar-benar murka, yang juga berhasil mengantar sang Ibu ke alam baka karena stroke memikirkan sang bapak yang tertangkap korupsi dana pendidikan. Dana pendidikan yang seharusnya Alif dan anak-anak senasib yang menerima.
Walaupun perasaan ingin minta maaf pada Alif terus membuncah, tapi ia bingung memulai dari mana. Amir sudah berniat akan memaksa bapaknya melakukan itu setelah keluar dari penjara.