Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hati

16 September 2017   17:44 Diperbarui: 17 September 2017   17:50 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik. Kamu apa kabar?"

"Ah. Seperti yang kau lihat." Dengan lagak sombong. "Semakin rupawan saja. Haha..." Celetuknya ngelawak.

Setelah bersalaman penuh hangat, dibumbui euforia kelas langit kedua sahabat melepas rindu. Penuh canda, khas kariban mereka melumat kenangan. Saling serang dengan guyonan yang menggemparkan suasana sekeliling. Terutama membuat iri dua buah pohon mahoni di pertigaan sebelah selatan. Meski hanya terpaut jarak lima meter, pohon itu tak pernah bersentuhan apalagi saling peluk.

Seolah sudah puas, Amir dan Alif melayangkan pandang ke lapangan Pancasila sebelah timur. Melintasi jalan Ahmad Yani menuju kota. Kemudian berhampuran di hamparan rumput yang menguning diterpa kemarau. Hening.

Pertemuan tidak dijanjikan itu membuat hati Alif diliputi keharuan yang sulit dipaparkan. Pandangannya tertumpu pada tiang panjat pinang, miring. Dalam hati ia bertanya, kenapa setelah perayaan usai bahkan seolah tidak ada yang peduli lagi padanya, padahal berkat tiang itu keceriaan lahir.

Sedangkan pertemuan itu membuat hati Amir diselimuti rasa haru dan malu. Juga pandangannya teralihkan pada tiang yang pernak-pernik mahkotanya sudah dilucuti. Tiba-tiba timbul perasaan bersalah. Sebab ia merasa hidupnya terpenuhi dari keistimewaan hadiah yang dilekatkan diatasnya, tapi ia tidak ikut memanjat. ***

Keduanya telah terpisah dua belas tahun lalu, dari sejak SMP. Sebab Amir melanjutkan sekolah ke luar daerah. Sedangkan Alif bahkan tidak tamat SMP. Prihal masalah klasik anak negeri jadi biangnya, ekonomi. Ia pun melanjutkan warisan keluarga sebagai petani pisang dan singkong.

Bagi keduanya, secara spontan pertemuan itu membawa kembali ingatan pada pengalaman dahulu. Karena sejak dipertemukan di bangku Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama mereka begitu intim.

Amir yang lambat tanggap dengan pelajaran selalu dibantu sang sahabat. Alif memang punya otak diatas rata-rata. Maka pemberianNya itu menempatkannya selalu jawara. Hingga karena terpatri hati tulus, dengan kemapuannya ia selalu membantu teman yang kesusahan, masalah pelajaran.

Amir yang bersifat pongah dan sok berkuasa sering mengintimidasi. Sebenarnya walaupun tidak dengan cara kolonial itu Alif akan membantu. Tapi karena ada sifat yang bukan jagoan sejati hinggap di hati Amir ia selalu mengawali dengan ancaman. Terutama untuk mengerjakan PR dan tak jarang urusan contek-mencontek saat ulangan.

Kendati begitu, Amir juga punya sifat belas kasih. Setelah Alif membatu, tak jarang pula Amir mentraktirnya di kantin dan atau memberinya perlengkapan sekolah, semisal buku dan pulpen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun