Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Hati

16 September 2017   17:44 Diperbarui: 17 September 2017   17:50 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: berbinarbinar.com

Amir benar-benar timpang. Keteduhan senja yang syahdu dan memukau menerpa padang sawah yang menguning tidak mampu dijadikannya suntikan tenaga. Malah tidak sempat diperhatikannya.

Akhirnya sampai juga pada kandang Sapi. Nafas Amir masih terpompa tidak beraturan. Alif langsung memberikan jatah buat Sapinya.

"Buat apa pelihara Sapi?"

Amir bertanya heran.

"Ini satu-satunya yang tinggal dari sawah Almarhum Kakek yang sudah dijual. Sawah yang tadi kita motong rumput dulu punya Kakek. Demi uang berobat kakek sawah itu akhirnya dijual. Walaupun kakek meninggal juga." Ia merasa sedih. "Kata bapak, kami harus menganti sawah kakek dari sapi ini."

Alif menjelaskan panjang lebar dengan raut muka tak rela karena sawah yang terjual, sekaligus terpancar harapan besar pada binatang pemamah biak yang sedang lahap memamah rumput pemberiannya untuk kelak bisa mengganti sawah kakeknya.

Sedang Alif masih ingin menjelaskan, Amir sudah keburu muntah-muntah. Perpaduan perut keroncong dan bau amis taik dan kencing sapi yang tak terawat membuat perutnya semakin berulah. Pandangan Amir berkunang-kunang. "Pruk" ia jatuh telungkup ke kotoran sapi. Tentu seragamnya ternodai. Bercak kekuningan terlihat jelas pada seragam putihnya.

"Sadar, Mir. Sadar."

Alif kaget dan langsung menggendong. Berdasar dalil Alif tidak bisa, tubuhnya lebih kecil, tapi entah karena kekuatan apa yang muncul tiba-tiba ia berhasil tanpa sekalipun berhenti apalagi terjatuh.

Sesampai di rumah kakak Amir yang sudah janji menjemputnya sudah tiba, kali ini dengan pembantunya. Untungnya tidak pakai motor, tapi mobil berplat merah, tak lain adalah mobil orang tuanya. Meski terkejut melihat Amir yang tak bergerak, sempat-sempatnya melemparkan kata-kata kotor pada keluarga Alif. Baru kemudian dengan mobil mulus itu ia melarikan Amir yang malang ke RSUD Kabupaten.

Beberapa hari Amir di opname, belum juga sembuh. Terpaksa keluarganya merujuk ke luar daerah. Setelah kejadian itu Amir dan Alif tidak pernah bertemu lagi.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun