Perasaan Amir baru merasa lega dan mengasyikkan ketika diajak ke kebun tumpang sari antara singkong dan pisang yang tak jauh dari rumahnya. Seketika perasaan tersayat-sayat di lambungnya hilang. Alif hanya mengganti seragam putihnya. Sedang Amir tidak, sebab tubuhnya jauh lebih besar dari Alif membuat tak ada baju yang muat.
Mereka khusyuk mencabut singkong. Alif merasa biasa saja, malah menganggap beban karena setiap hari harus menyediakan 20 Kg singkong untuk pesanan tengkulak. Dan terkadang ditambah 2-3 tandan pisang. Tapi bagi Amir itu sebuah hiburan yang menggairahkan. Setelah merasa cukup keduanya mengemas barang.
"Kenapa tidak dimasukkan goni?"
Amir heran melihat Alif tidak memasukkan singkong kedalam goni yang sedari tadi mereka bawa. Tapi malah mengikatnya dengan serat pohon pisang.
"Itu untuk rumput," Terangnya. "Pakan sapi. Ini kamu bawa satu."
Setelah mengecek ikatan, Alif menyerahkan bagian yang harus dibawa Amir dan langsung memundak bagiannya.
"Ayo."
Amir yang masih bingung, mau tidak mau harus mengangkat bagiannya dan langsung mengekor Alif yang langsung beranjak. Meski belum mengisi perut untuk menggotong Singkong sekitar 10 kg jalannya tidak pincang sama sekali, masih enteng baginya.
Mereka berhenti ditengah sawah yang juga mereka lewati saat berangkat. Bentangan sawah yang menguning sedikit memberi hiburan tatkala tenaga sudah mulai terkuras.
"Ini sawahmu?"
"Bukan."