“Pasti yang buat.”
“hahaha.” Tertawa meraka pecah.
Lelaki keriput yang akan berjasa atas alat transportasi ciptaannya menjadi sasaran. Lelaki itu memang jadi buah bibir di kampung. Karena sering kawin.
“Menurut saya pak Imam.”
“Hah! Kenapa?” Tanya pak udin.
Imam kampung meraka terlalu jauh dari kategori itu, terlalu muda. Masih banyak yang sepuh. Kedua mertua Pak Udin yang cerewat, contohnya. Jadi, menurut pak udin tidak jelas pilihan itu.
“Supaya Zakat tidak dikorupsi.”
“Hahaha.” Kembali mereka menyambut dengan tawa.
“Bukan,” Orang yang paling serius buka suara, semua diam. “Pak Geuchik lebih pantas.” Sambungnya.
Mendengar itu orang-orang berpandangan. Kepala kampung atau kepala desa mereka memang kejam. Juga mata duitan. Baru-baru ini muncul isu, dana APBKp ia tilap. Padahal saluran air bersih kampung belum kunjung beres. Bisa mandi tiap hari masih menjadi cita-cita penduduk kampung.
“Mmm. Itu pantas.” Salah satu mereka mendukung.