"Kalau kau tak ngomong, kupanggil orang tuamu." Gertak petugas satunya.
Ia masih diam. Orang tuanya pasti membela, pikirnya.
Segala jurusan telah dikerahkan kedua petugas itu. Ia belum buka suara. Gertakan demi gertakan yang menyakiti fisik berhamburan menakutinya. Ia masih menjahit mulutnya. Tiba-tiba petugas yang ia kenal menyunggingkan senyum.
"Apa mau kupanggil Mukminah?" Godad kaget mendengar Mukminah disebut-sebut.
"Jangan Pak." Pintanya.
"Kasih tau bandarnya atau kutelepon sekarang."
Godad menimbang. PDKT dengan Mukminah tak boleh terganggu. Jika ia tau mendekam di sini karena Narkoba, putus sudah harapannya. Bahaya, pikirnya.
"Ayo, katakan." Petugas yang ia kenal seolah mencari-cari kontak di Hp nya.
"Sekali lagi. Siapa bandarnya?"
"Anak Bapak orangnya!" Ia menjawab kencang. Ia tak mau kehilangan Mukminah, meski ia belum diterima. Anwar pasti dibela bapaknya, logikanya.
"Hah. Jangan becanda kamu!"