Dagangan yang belum laku sudah tidak diurus lagi, Kambing dan Anjing bebas mengambil tanpa beli. Keluarga Mamad enggan membuka Kotak kado tanpa alamat pengirim itu. Tapi warga mendesak. Akhirnya Mamad pun setuju untuk membuka. Warga khusuk menanti.
Setelah anak Mamad membuka ikatan pita bersimpul hidup itu, Ia berhenti dan menoleh pada orang tuanya. Mamad dan Mimin mengangguk. Anak itu melanjutkan membuka. Warga yang menyaksikan menganga. Yang belum kebagian masuk semakin berdesak-desakan karena sumua warga kampung turut hadir, bahkan yang sudah sepuluh tahun lumpuh tidak mau alpa dan tiba-tiba sembuh. Karena keramaian semakin menjadi-jadi, pak Kepala Desa mengerahkan Satpam Kampung untuk mengamankan.
Kertas bungkusan kado yang menggambarkan keindahan warna itu terlepas. Kini tinggal kotak kardus yang berwarna silver halus. Rasa penasaran pun semakin bertambah.
Anak itu mulai membuka kardus, sumua warga yang turut menyaksikan menahan nafas. Mimin berlinang air mata dan Mamad memandang kosong akan Kado pertama untuk keluarganya.
Dan “DUUUUURRRRRRR...”
Tepat jam 12 siang itu sebuah stasiun TV mengabarkan berita terkini: telah terjadi sebuah ledakan di Kampung Angkuh, semua warga tewas berkeping-keping, kampung malang itu kini hanya menyisakan rumah mewah dan kendaraan warga, hanya sebuah rumah kumuh yang hangus bersama dengan melayangnya nyawa semua warga.
Begitu beritanya. Memang warga Kampung Angkuh itu sangat mendamba sebuah kotak bingkisan, meski isinya akan membunuhnya seketika.
Gayo Lues, Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H