Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PSE Kominfo: Belajar dari Tewasnya "The Dark Prince" Michael D'Andrea

4 Agustus 2022   18:58 Diperbarui: 4 Agustus 2022   19:07 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Media Iran, Rusia, dan tentu saja China kompak melaporkan bahwa Michael D'Andrea, kepala Pusat Misi Iran CIA, berada di atas pesawat yang ditembak jatuh tersebut. Begitu juga dengan media-media besar asal Inggris, seperti The Daily Mail dan The Independent.

Sebaliknya, pejabat AS bersikeras mengatakan tidak ada seorang pun anggota CIA yang berada di dalam pesawat. Kepada TIME, Pentagon mengkonfirmasi hanya ada dua perwira Angkatan Udara di pesawat. Sementara, CIA menolak mengomentari apakah D'Andrea atau personel CIA lainnya ada di dalamnya.

Michael D'Andrea dikenal sebagai The Dark Prince dikenal juga dengan julukan Ayatollah Mike setelah memutuskan pindah agama. Konon, sebelum bertugas di Iran atas perintah Mike Pompeo, perwira senior CIA ini ditugasi mengawasi perburuan Osama bin Laden.

Bagi AS, Iran merupakan salah satu target tersulit. Di negara itu, akses CIA sangat terbatas karena Dinas Intelijen Iran terus menggelar operasi kontra intelijen terhadap agen-agen AS.

Karenanya, informasi tentang kematian The Dark Prince oleh rudal Taliban merupakan pukulan berat bagi mental CIA. Sebab, rute, jadwal, penumpang pesawat Bombardier E-11A sangat dirahasiakan. Dengan ditembak jatuhnya pesawat tersebut, artinya top secret CIA telah bocor. Bahkan cocor sampai milisi Taliban di kawasan yang terpencil.

Peran propaganda dengan beramunisikan "Kematian The Dark Prince Michael D'Andrea ini dimenangkan secara telak oleh Iran dan sekutu-sekutunya. Di medan perang informasi ini, lagi-lagi Amerika kalah telak.

Dalam A U.S. Plane Crashed in Afghanistan. Why So Many Believed a CIA Chief Was On It. TIME mencoba mengupas tuntas kekalahan AS dalam perang propaganda terkait kematian agen intelijennya. 

Amerika Serikat yang kalap kemudian memerintahkan Facebook dan Instagram kembali menghapus konten-konten terkait kematian Michael D'Andrea. Pemberangusan oleh Facebook tersebut mendapat penentangan dari sejumlah kalangan di AS dan dunia. Namun Facebook tetap bergeming.

Kepada BBC, Jubir Facebook mengatakan, "We review content against our policies and our obligations to US sanctions laws."

Patut direnungkan, Amerika Serikat tempat Facebook, Instagram, Twitter, dan berbagai platform media sosial lainnya berbasis saja sampai kalah dalam perang propaganda, Bagaimana dengan Indonesia?

Karena itulah, di satu sisi, kewajiban pendaftaran PSE Kominfo memiliki sisi positif yang patut mendapat dukungan.

PSE Kominfo: Bagian Sistem Pertahanan Negara Non-Militer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun