Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

PSE Kominfo: Belajar dari Tewasnya "The Dark Prince" Michael D'Andrea

4 Agustus 2022   18:58 Diperbarui: 4 Agustus 2022   19:07 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada Menkominfo Johnny G Plate, Deddy Corbuzier mengatakan ada aplikasi tertentu dari negara tertentu yang memiliki algoritma yang berbeda dari algoritma yang diperuntukan untuk negara-negara lain. Deddy pun melanjutkan algoritma yang di-push ke negara-negara lain tersebut bersifat negatif.

"Ini sebenarnya propaganda," tandas Deddy.

Deddy benar. Pada 2009 Iran menjadi korbannya. Ketika itu, Youtube mem-push video-video yang berisikan konten tentang kematian Neda Agha Soltan. Sebaliknya, YouTube menghapus konten-konten yang meluruskan hoax kematian Neda.

Itulah "another war" yang dimaksud Deddy.

Another war inilah yang saat ini menjadi perhatian Kominfo. Untuk itu, Kominfo mewajibkan perusahaan penyelenggara sistem elektronik mendaftar ke PSE Kominfo. Tujuannya agar Indonesia dapat lebih menguasai kedaulatan digital di wilayahnya.

Terkait PSE Kominfo ini, ada satu peristiwa di tahun 2020 yang menarik untuk dipikirkan.

Tewasnya Komandan IRGC Iran Mayjen Qassem Soleimani yang dirudal oleh Drone MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat pada 3 Januari 2020 masih memanasi headline media massa. 

Dua puluh empat hari kemudian sebuah Bombardier E-11A AS, yang menyediakan komunikasi pasukan di bagian kawasan terpencil bersalju di Ghazni, Afghanistan, wilayah yang berada di bawah kendali Taliban. 

Video pesawat yang membara itu segera diposting ke media sosial oleh saksi mata, Taliban dengan cepat mengklaim bertanggung jawab atas penembakan tersebut

"Banyak perwira senior yang tewas," ungkap Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban di Afghanistan mengirim email kepada TIME.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun