Langkah Indonesia harus lebih berhati-hati lagi karena pada Oktober 2020 Pentagon menuduh China tengah membangun pangkalan militernya di Indonesia. Secara tidak langsung Amerika mengancam Indonesia.
Amerika tidak main-main dengan ancamannya. Pada 3-29 September 2020, Skuadron 29 th Attack menggelar latihan yang melibatkan tiga drone MQ-9 Reaper. Pada badgenya tergambar peta mirip China dan mirip Indonesia. Tidak ada peta yang mirip negara-negara lainnya.Â
Mencermati situasi yang dihadapi Indonesia ini, sikap kehati-hatian Kominfo sebagai bagian dari tim juru bicara Presidensi G20 dalam menjaga posisi Indonesia sudah sangat tepat. Kominfo sebagai representasi negara tidak ingin pihak NATO memandang Indonesia sebagai sekutu China atau Rusia, begitu juga sebaliknya.Â
Blunder Jokowi dan Pendukungnya Ancam G20
Blunder Pendukung Jokowi
Beda saat menerima Pres. Prancis di meja panjang dgn kursi berjauhan, saat jumpa dgn pak @jokowi, Vlad Putin menerimanya di kursi berdekatan.
(Running text: PM Inggris, setelah "meninju"@Jokowi, bilang agar Barat jgn boikot G-20 meski Putin hadir). pic.twitter.com/sWyrl55dp8--- Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) June 30, 2022
Di saat Jokowi ingin menunjukkan sikap Indonesia yang tidak memihak dalam konflik Rusia-Ukraina, para pendukung Jokowi justru menyebarluaskan narasi bila Putin memilih dekat dengan Jokowi dan menolak berdekatan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Jika pembuat dan penyebar narasi tersebut adalah akun-akun yang tidak jelas pastinya tidak menjadi masalah. Namun, faktanya, akun yang diketahui dikelola oleh elit partai pendukung Jokowi pun melakukannya.
Postingan-postingan tersebut pastinya tertangkap oleh algoritma Twitter dan platform media sosial lainnya. Celakanya, platform-platform media sosial tersebut memihak Ukraina.Â
Akibatnya konten-konten tersebut dapat menurunkan nilai tawar Indonesia yang tengah berupaya membujuk agar kepala negara mau menghadiri perhelatan G20 di Bali pada November 2022 nanti.
Padahal, faktanya, digunakannya meja panjang saat Putin berdialog dengan Macron semata-mata lantaran Presiden Prancis tersebut menolak permintaan Kremlin agar mengikuti tes Covid-19 di Rusia. Sikap Macron tersebut dikarenakan Prancis tidak ingin Rusia mendapatkan DNA milik Presiden Macron. Sebaliknya Jokowi dapat berdekatan dengan Putin karena setibanya di Rusia telah mengikuti tes PCR di Jokowi Four Season Hotel, Moscow.
Padahal, Putin sendiri sampai harus menyimpan dan membawa pulang kotoran dan air seninya setiap lawatan ke luar negeri. Seperti Prancis, Rusia pun tak ingin DNA presidennya diketahui oleh negara lain.