Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Di Kancah Media, Prabowo Ungguli Jokowi

10 Desember 2018   11:52 Diperbarui: 11 Desember 2018   12:11 4302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.analyticsindiamag.com/

"Perang media sosial sangat besar. Dan saya rasa media sosial memiliki kekuatan lebih masif ketimbang uang kampanye yang mereka [pihak Hillary Clinton] keluarkan. Di taraf tertentu, saya membuktikannya," ungkap Trump (Sumber: CNNIndonesia).

Di front medsos, jumlah pendukung Prabowo terlihat lebih besar ketimbang netizen pendukung Jokowi. Selain itu, warganet pendukung Prabowo pun dikenal lebih militan dan kompak. Hal ini terlihat dari kemenangan Prabowo disetiap polling online, meski jajak pendapat tersebut digelar oleh akun medsos pendukung Jokowi.

Demikian juga dalam perang tagar, dari tangkapan Drone Emprit, dalam 30 hari terakhir tagar #2019GantiPresiden jauh mengungguli tagar #01JokowiLagi.

Belum diketahui secara pasti jumlah netizen pendukung kedua belah pihak. Namun, pada 2011 Anis Matta menyebut partainya menargetkan 500 ribu cyber army. Pasukan khusus sosmed ini digerakkan melalui DPW masing-masing. Selain itu, mantan Presiden PKS ini juga mengklaim sebagian kadernya sudah terdidik, sehingga mempermudah operasional kampanye lewat internet.

Jika pada 2011 saja PKS, salah satu parpol pengusung Prabowo, sudah memiliki ratusan ribu cyber army, bisa diperkirakan besarnya jumlah pasukan maya partai Islam itu pada Pemilu 2019 ini. Selain PKS, Prabowo pun mendapat dukungan sejumlah penggiat media, baik itu yang berseragam partai pengusung maupun ormas pendukung.

Laman Press.droneemprit.id (Sumber: Foto layar)
Laman Press.droneemprit.id (Sumber: Foto layar)
Hizbut Tahrir Indonesia, misalnya, ormas yang menjadi kepanjangan tangan Hizbut Tahrir ini dikenal memiliki kemampuan dalam penyebaran propaganda lewat media sosial dan situs berita online.

Dengan kekuatan besar di ranah media sosial yang dimilikinya itu, sebenarnya Prabowo tidak perlu mencemaskan keberpihakan media mainstream.

Dan, sebagaimana Trump, Prabowo pun memiliki narasi kampanye yang mengkhawatirkan. Bedanya, jika kubu Trump menarasikan adanya ancaman dari umat Islam terhadap warga AS, kubu Prabowo menarasikan adanya ancaman pemerintah Jokowi terhadap umat Islam. Kubu Prabowo sejak lama telah mempropagandakan adanya pendzoliman terhadap umat Islam Indonesia.

Justru dalam membangun narasi, netizen pendukung Jokowi terlihat melempem. Contohnya, tidak ada satu pun narasi yang mampu mendegradasi reuni 212.

Warganet pendukung Jokowi hanya mampu mengais-ngais isu jumlah peserta reuni, antrean peserta reuni di Starbuck, tata cara peribadatan sholat peserta reuni yang dianggap ngawur, sampai kesalahan Prabowo saat mengucapkan gelar nabi.   

Ada fakta menarik yang terjadi saat Pilpres AS 2016 dengan Pilpres 2014 di Indonesia. Jelas hari pemilihan sentimen positif terhadap Trump di media sosial cenderung meningkat.

Dengan mengutip hasil analisis 4C Insight, The Wall Street Journal menyebut dukungan terhadap Trump melalui layanan Facebook dan Twitter mencapai puncaknya sejak awal Oktober hingga 7 November. Komparasi sentimen positif terhadap Trump dibanding Clinton pada masa itu yakni 58 persen dan 48 persen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun