Gatot hanya mengatakan,"Rancangan sepuluh tahunaja enggak ada. Adanya rencana lima tahunan dan diserahkan pada presiden."
Bayangkan kalau pidato Gatot Nurmantyo dibaca dengan kacamata nyinyir
"Bayangkan apabila pak SBY tidak menjadi presiden dua periode, tentu kita tidak mengalami situasi semacam ini. Betul. Bayangkan kalau nanti dua ribu sembilan belas bukan Pak Jokowi, Presiden (yang baru) mengatakan, infrastruktur apa itu, hapus."
Sekarang, bayangkan kalau "semacam ini" dalam pidato Gatot Nurmantyo dibaca dengan konotasi negatif atau dengan kacamata nyinyir.
Selain Gatot dan Tuhannya, pastinya tidak ada yang tahu maksud dari "semacam ini".
Lantas, bagaimana bisa: "Bayangkan kalau nanti dua ribu sembilan belas bukan Pak Jokowi"dimaknai sebagai dukungan Gatot pada Jokowi untuk melanjutkan periode pemerintahannya?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H