Ancaman yang diungkapkan Gatot adalah terjadinya krisis global yang berpotensi menimbulkan pertumpahan darah. Dan, logikanya, krisis sebesar itu tidak mungkin diselesaikan dalam satu-dua periode kepresidenan.Untuk itu dibutuhkan strategi atau perencanaan jangka panjang.
Sebagai Panglima TNI, Gatot pastinya tidak ingin Indonesia di-Suriah-kan dan Tegal di-Raqqa-kan. Kekhawatiran Gatot tidak berlebihan mengingat sejumlah gejala yang mirip dengan yang dialami di sejumlah negara Arab sudah nampak di Indonesia.
Pada pertengahan Oktober 2017 lalu, Kota Raqaa di Suriah mengalami kehancuran hingga 80%. Selain itu, 1.873 penduduk Raqqa tewas akibat bombardir serangan udara.
"Raqqa telah mewarisi nasib Dresden di tahun 1945, disapu bersih dari bumi dengan pemboman yang dilalukan oleh Anglo-Amerika," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov (sumber:Â BBC.com).
Saat ini Raqqa tengah dalam situasi yang begitu kritis. Mengingat Rusia telah mengarahkan pasukan elitnya untuk merebut Raqqa. Sebaliknya, AS juga telah memobilisasi pasukan elitnya untuk mempertahankan kota yang sudah hancur lebur itu.
Dari Raqqa, medan perang akan beralih ke ke sisi timur Sungai Eufrat, kawasan di Suriah yang kaya akan ladang minyak.
Suriah merupakan panggung nyata dari berlangsungnya perang proxy yang sangat sempurna. Di negara yang bertetanggaan dengan Iran dan Turki tersebut terjadi kecamuk perang yang melibatkan sejumlah negara serta milisi-milisi bentukannya.
Dan, dalam berbagai kesempatan, Gatot berulang kali mengingatkan potensi terjadinya perang proxy di Indonesia.
Untuk mengatasi terjadinya perang proxy, bergesernya Arab Spring ke Indonesia, dan menghadapi krisis global pastinya berkaitan dengan strategi nasional, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.
Tanpa adanya perencanaan jangka panjang, Indonesia akan limbung tanpa arah. Tidak mengherankan jika saat ini wacana untuk menghidupkan kembali Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) kembali mencuat. Bukan hanya itu, gagasan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli pun kembali menguat.
Tetapi, apakah dalam pidatonya di hadapan kader Nasdem tersebut Gatot mengisyaratkan ingin menghidupkan kembali GBHN? Ini yang tidak jelas.