Sebelumnya, kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998 tidak dikaitkan dengan agama. Bahkan, peristiwa Mei 98 disebut sebagai kerusuhan, bukan konflik. Tetapi, oleh Ahoker, kerusuhan 98 digeser menjadi konflik agama. Menariknya, dalam video itu juga dimunculkan sejumlah sosok berkemeja lengan panjan warna putih dengan menggunakan peci warna hitam yang sangat identik dengan santri NU,
Sekalipun mendapat sejumlah kecaman karena video tersebut tidak sesuai fakta, namun Ahoker mati-matian mempertahankannya. Ahoker menyebut visualisasi dalam video tersebut sebagai gambaran fakta yang terjadi pada kerusuhan Mei 98. Bahkah, Djarot yang juga kader terbaik PDIP menegaskan kalau adegan dalam video tersebut benar-benar terjadi
Pernyataan Djarot yang bergada Islam tersebut semakin menguatkan jika upaya pemojokan umat Islam tidak didasari atas persoalan agama. Tetapi, Djarot mungkin saja tidak menyadari jika video tersebut telah membuat bangsa Indonesia terpecah kedalam kelompok-kelompok agama.
Jelang peringatan 20 Mei 2017 ini, situasi semakin memanas menyusul aksi bakar lilin yang digelar oleh Ahoker. Menariknya, diduga pelaku aksi bukan berasal dari kota tempat digelarnya aksi. Seperti di Padang, misalnya, peserta aksi tunggal bakar lilin diduga berasal dari Yogyakarta. Sementara, tidak seorang pun dari warga Padang yang ikut serta dalam aksi. Ada apa dengan aksi bakar lilin tunggal di Padang yang bukan dilakukan oleh warga setempat tersebut? Dan, menariknya lagi pelaku datang ke Padang hanya untuk bakar lilin.
Dari berbagai informasi, baik itu yang diberitakan media arus utama maupun yang berseliweran di media sosial, diketahui pada 20 Mei 2017 ini akan digelar sejumlah aksi. Baik itu aksi peringatan 20 Mei, bakar lilin yang digelar Ahoker di sejumlah kota, maupun aksi “Matikan Lilin” yang bakal digelar kelompok penentang Ahoker. Di saat yang bersamaan, sesuai rencana, HRS akan kembali ke tanah air guna menjalani pemeriksaan atas kasus yang dituduhkan kepadanya. Ada apa dengan waktu kedatangan HRS yang diatur berdekatan dengan 20 Mei 2017? (Berita terakhir HRS tidak jadi kembali ke Indonesia)
Di Cirebon yang selama ini jauh dari isu SARA bakal digelar peringatan 20 Mei dengan acara bakar lilin. Rencananya, bakar lilin itu akan dilaksanakan di depan pabrik rokok BAT. Pertanyaannya, sejak kapan ada aksi warga Cirebon yang digelar di depan BAT?Apakah pilihan lokasi dikarenakan letak BAT yang berhadapan dengan vihara Dewi Welas Asih?
Jika sampai terjadi bentrokan, vihara kuno yang dibangun pada tahun 1500-an tersebut pastinya menjadi tempat untuk bertahan bagi yang terdesak. Hal ini karena di antara bangunan-bangunan yang ada di sekitar BAT, hanya vihara Dewi Welas Asih yang memiliki pagar yang bisa dilompati.
Bukan Politik “Barji Barbeh” dan “Tiji Tibeh”
Serentetan peristiwa yang terjadi di tanah air ini bukanlah politik “Barji Barbeh” dan “Tiji Tibeh” atau bubar satu bubar semua dan jatuh satu jatuh semua. Ini politik proxy war yang tujuannya bubar semua, jatuh semua. Ini merupakan cara untuk menguasai Indonesia dengan terlebih dulu memecah belahnya.
Situasi yang terjadi sejek beberapa bulan ini sangat ideal untuk membenturkan sesama anak negeri. Luapan-luapan disintegrasi semakin meluas. Bukan hanya di Papua, tetapi juga di Sulawesi Utara.
Perilaku pendukung Ahok pun semakin menggila. Setelah sebelumnya mendesak penggantian Panglima TNI, kali ini mereka mendesak pencopotan Natalius Pigai, komisioner Komnas HAM, yang dianggap Ahoker berseberangan dengan posisi kelompoknya. Jika penggantian Panglima TNI digaungkan oleh kelompok yang mengaku-ngaku sebagai aktivis HAM, pemecatan Natalius digalang oleh Ridha Sales, mantan komisioner Komnas HAM.